Tersisa satu genderuwo yang paling kuat di Gunung Merapi. Ia yang tak memiliki nama dan memakai mahkota berwarna ungu. Bertahan dari cahaya dan tajamnya arit Sang Sakera.
"Kau memilih membantu manusia. Padahal, mereka akan mengkhianatimu," ucap sang genderuwo.
"Memang tidak semua manusia itu baik. Tetapi, ada sebagian manusia yang memiliki hati bahkan lebih baik dari malaikat," balas Sakera.
"Baiklah jika itu pilihanmu. Aku tak segan menghabisimu."
Genderuwo bermahkota ungu itu memang kuat. Ia berkali-kali menerima sabitan arit dan cahaya tetapi belumlah bisa musnah. Sang sakera mengunci tangannya lalu membawanya terbang ke langit.
Hanya ini cara satu-satunya untuk mengalahkan "Raja" genderuwo. Ia akan meledakkan diri bersama lawannya. Kini, matanya melihat sang kepala sekolah yang masih mencoba bangun dari posisinya.
"Marjono selamat tinggal," ucapan terakhir sang leluhur.
***
Langit Gunung Merapi malam ini nampak bercahaya seperti bintang-bintang turun dari surga. Hewan malam bersuara sekencang-kencangnya. Jejeran pohon bergerak mengayunkan tangannya.
Kini, langit kembali kelam dan Pak Marjono menampakkan raut wajah sedih. Perjalanannya bersama leluhur telah usai. Entah, bagaimana kelanjutan dari perjuangannya.
Dari sudut pohon besar muncul jiwa Pak David. Ia yang tampak lusuh berjalan mendekati Pak Mar. Lalu, mencium tangan atasannya sembari menangis sejadi-jadinya.