Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Film "The Lazarus Effect" dan Renungan di Hari Jumat

20 November 2020   06:03 Diperbarui: 20 November 2020   10:08 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah nonton film The Lazarus Effect?
Tadi malam, 19 November 2020, Film "The Lazarus Effect" tayang perdana di bioskop Trans TV pukul 23.00. Film bergenre horor memang cocoknya di tonton ketika malam Jumat.

Prestasi paling fenomenal dari film tersebut terletak pada pencapaian finansialnya. Dengan biaya produksi 3 juta USD, mereka bisa meraup penghasilan sebesar 38 juta USD. Apa yang membuat film tersebut menarik ditonton banyak orang?

Menurut saya, yang paling menarik dari film tersebut adalah adanya perpaduan antara horor dan fiksi ilmiah. Ya, sejenislah dengan film Residen Evil dan The Predator. Selain itu, ide ceritanya juga menarik orang untuk menonton film tersebut.

Bisakah manusia menghidupkan kembali makhluk yang telah mati? Pertanyaan tersebut menjadi ide pokok dalam cerita film tersebut. Awal mulanya, tokoh Frank dan Zoe , sepasang suami istri yang berlatar belakang seorang ilmuwan melakukan percobaan menghidupkan seekor anjing dan berhasil. Meski ada yang aneh dari anjing tersebut.

Keberhasilan mereka tercium oleh Dalley, Presiden Universitas, yang tampaknya tidak setuju dengan percobaan mereka. Akhirnya, Dalley  menghentikan dan mengambil alih semua aset milik Frank. Tak terima dengan keputusan sepihak tersebut, Frank dan anak buahnya, mencoba menggandakannya serum percobaan tersebut untuk menghidupkan anjing lainnya.

Nahas, dalam kelanjutan percobaan tersebut, istri Frank wafat ketika mereka mencoba menghidupkan seekor anjing. Karena depresi, si Frank akhirnya mencoba menghidupkan istrinya. Dan, Zoe berhasil hidup kembali.

Bukannya kebahagiaan yang mereka dapat, sosok Zoe malah berusaha membunuh semua orang yang ada di sana. Ditambah lagi munculnya "hantu" lain dalam film tersebut, membuat film ini menjadi semakin horor. Namun, ending film besutan David Gelb ini berakhir klise dan mungkin membuat para penonton kurang puas.

Film ini direkomendasikan bagi para kompasianer yang suka horor. Ketegangan selalu disuguhkan dalam film ini. Meski, jangan berharap pengembangan ceritanya akan sesuai ekspektasi kita. Bisa jadi karena biaya produksi film ini relatif murah ketimbang film Hollywood lainnya.

Apa yang bisa kita renungkan dari film The Lazarus Effect? Ternyata banyak yang bisa kita petik dari film tersebut. Setidaknya, menurut kacamata saya selaku seorang guru, penulis, dan santri ada tiga nilai penting dari film tersebut.

Pertama, tentang etika. Ketika atasan sudah menyatakan untuk menutup sebuah kegiatan, maka sudah selayaknya kita tidak melakukan sesuatu yang ilegal. Apalagi berbicara tentang dunia medis. Percobaan tanpa izin berarti mengakibatkan dampak yang menakutkan, baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun