Kelas akhir, disibukkan dengan ujian. Pagi buta datang membawa tugas. Terik siang menambah latihan. Malam gelap les tambahan di rumah tetangga.
Tragedi masa lalu yang kini dikenang manis. Bukan karena dihapusnya ujian nasional. Tetapi ingatan wajah manis di pojok kelas.
Mata kami saling bertatapan. Ia tersipu malu. Sedang aku salah tingkah. Jantungku berdetak sembari tersenyum.
Lelaki harus berani. Meski siap untuk bertepuk sebelah tangan. Daripada menunggunya menyapa. Hanyalah mimpi.
Sampai lulus, kami berbicara dalam bisu. Nyaliku ternyata ciut untuk membuka kata. Akhirnya, kami saling memendam rasa.
Itulah cinta di tahun terakhir. Sebelum aku pergi merantau ke barat. Namanya kini tinggal kenangan.
Yoga Prasetya, Malang, 17 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H