Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Romansa Kusuma (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Peristiwa Gaib di Ruang Kepala Sekolah

26 Oktober 2020   08:10 Diperbarui: 26 Oktober 2020   08:16 3246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ada apa gerangan Pak Kepsek memanggilku?" tanya Pras dalam hati. 

Empat tahun menjadi guru musik honorer di sekolah ini tak membuatnya lantas banyak berkomunikasi dengan Pak Marjono, sang kepala sekolah. Mungkin karena Pras hanya sekadar guru honorer yang masa depannya belumlah jelas. Namun, Pras beruntung masih diberi kepercayaan menjadi pendamping para siswa ketika ada kegiatan ekskul atau lomba di luar sekolah.

Hal itulah yang membuat Pras langsung bergegas memenuhi panggilan Pak Mar. Kebetulan hari ini Pras tidak ada jam mengajar pagi. Jadi, ia segera menemui Pak Mar di ruang kepala. 

"Mbak Hennie, Par Mar ada di ruangan?" Tanya Pras pada resepsionis sekolah yang letaknya tepat di samping pintu ruang kepala. 

"Oh, iya Pak Pras. Silakan masuk, sudah ditunggu Pak Mar," jawab Mbak Hennie dengan senyumnya yang ramah. 

Deg. 

"Sudah ditunggu? Apa aku membuat kesalahan kepada Pak Mar? Apakah ini ada hubungannya dengan laporan kinerjaku yang kurang sempurna? Apakah ini tahun terakhirku mengajar di sekolah ini?" Hatinya menerka ada apa gerangan dipanggil kepala sekolah. 

Namun, ia mencoba berpikir positif. Meski langkah kakinya tampak ragu. Pintu ruang kepala sekolah yang sedari tadi terbuka membuat Pras bisa melihat Pak Mar yang sedang duduk sembari menandatangani laporan-laporan kinerja milik para guru. 

"Oh, Pak Pras. Silakan masuk dan tutup pintunya," suruh kepala sekolah. "Silakan duduk," lanjut Pak Mar. 

Suasana yang awalnya hangat tiba-tiba menjadi dingin. Ini bukan kali pertama bagi Pras. Pertemuannya dengan Ayu dan Laras memang seperti ini rasanya. 

"Mohon maaf, Pak. Apakah bapak memanggil saya?" Pras memulai dengan basa basi yang tentu sebenarnya tak perlu ditanyakan lagi. 

"Ndak usah tegang gitu Pak Pras. Kamu kan sudah dua kali merasakan suasana seperti ini?" Pak Mar terlihat santai sembari sedikit menampakkan senyum. Senyum yang tersirat. 

"Mak... maksud bapak?" Pras tampak bingung. Ia berharap Pak Mar tidak mengetahui soal kejadian lukisan perempuan di UKS dan datangnya kuntilanak merah tadi pagi. 

Pak Mar berdiri lalu terjadi penampakan yang mengagetkan Pras. Di belakangnya muncul sosok lelaki berpakaian Madura dengan celurit di tangannya. Di pojok ruangan tiba-tiba ada sebuah gerbang tergembok yang sangat kelam. Gerbangnya bergerak seakan ada makhluk di dalamnya yang ingin keluar.

"Kamu bukan satu-satunya yang bisa melihat mereka, Pak Pras," ucap kepala sekolah. 

"Ja... jadi Pak Mar..." 

"Saya sejak kecil sudah bisa berkomunikasi dengan mereka. Jin Sakera di belakang saya adalah qorin leluhur keluarga yang banyak membantu sekolah ini aman dari gangguan makhluk tak kasatmata," jawab Pak Marjono. "Kebetulan kamu datang ke sekolah ini saat suasana sudah lebih nyaman," lanjutnya. 

"Maksud bapak, dahulunya sekolah ini angker?" 

Pak Mar tak menjawab tetapi tangannya menunjuk dinding yang perlahan muncul sebuah gambar. Mirip seperti cahaya LCD atau proyektor. 

"Di masa kerajaan Singasari, tempat ini adalah sarangnya dedemit. Para makhluk halus itu kemudian pindah ke alas timur Jawa lantaran para kompeni Londo membangun markas dan pabrik di tempat ini. Ketika Indonesia merdeka, tempat ini diambil alih pihak swasta tetapi akhir tahun 1992 pabriknya menjadi bangkrut. Mungkin ada hubungannya dengan karma wafatnya Ayu," terang kepala sekolah sambil menatap mata Pras dalam-dalam.

"Ayu? Pak Mar tahu tentang Ayu, lukisan perempuan di UKS Sekolah?" Tanya Pras dengan rasa penasaran tinggi. 

Sosok Ayu tiba-tiba muncul dari belakang Pras. 

"Ayu yang membuka mata batinmu. Awalnya dia bergentayangan mencari orang yang mau untuk menguburkan jasadnya. Kini, dia telah menjadi sosok peri yang akan selalu ada di sampingmu," jawab kepala sekolah. 

Pras melihat Ayu yang menganggukkan kepala. Entah ini hadiah atau musibah bagi Pras, seorang guru musik yang masih berstatus lajang. Lebih tepatnya jomlo.

"Kamu tidak perlu khawatir. Dia akan hilang ketika kamu menikah,"  Pak Mar mencoba menerangkannya pada Pras. 

"Lantas, bagaimana dengan Laras, sosok kuntilanak merah tadi pagi Pak Marjono?" tanya Pras pada Pak Mar. 

Ketika kepala sekolah ingin menanggapi pertanyaan tersebut, tiba-tiba hal aneh terjadi. Asap putih mendadak muncul dari gerbang gaib di pojok ruang kepala sekolah. 

Apa yang muncul di balik gerbang itu?

Penulis: Yoga Prasetya, seorang pujangga dan guru di sekolah menengah pertama.

(Cerita ini merupakan episode kelima dari lanjutan Lukisan Perempuan di UKS)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun