Mohon tunggu...
Yoga Prasetya
Yoga Prasetya Mohon Tunggu... Penulis - Penjelajah

Menulis buku: Kepada Toean Dekker (2018), Antologi Kalimats Koma (2019), Retrospeksi Sumir (2020), Semesta Sang Guru (2021), Tahun-Tahun yang Menyala (2022), Astronomi Hati (2023), Kipas Angin (2024)

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Mengapa Orang Berbeda-beda Memahami Sebuah Puisi?

6 Oktober 2020   10:46 Diperbarui: 2 Juni 2021   10:38 1914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: riri.id/Febriani Sari

Saat pembelajaran puisi melalui zoom, salah satu anak didik saya bertanya, "Pak, bagaimana jika pemahaman kita tentang puisi berbeda-beda?"

Jawaban saya saat itu, "Beberapa puisi memang ada yang memiliki tafsir berbeda-beda tiap orang. Namun, dalam pembelajaran di tingkat SMP, saya akan cari puisi yang mudah kalian pahami."

Baca juga: Menggugat Puisi "Hujan Bulan Juni"

Memahami sebuah puisi itu seperti memahami kehidupan. Banyak faktor yang memengaruhi pemahaman tersebut. Misalnya, adanya pandemi Covid 19 bisa disikapi berbeda-beda oleh setiap orang. Bagi si A, pandemi adalah cara Tuhan menguji iman manusia. Bagi si B pandemi adalah konspirasi. Bagi si C pandemi adalah keberuntungan. Maskernya bisa laris manis.

Nah, ternyata ada empat faktor yang menyebabkan pemahaman seseorang terhadap puisi berbeda-beda. Apalagi puisi yang dikategorikan "sastra tingkat tinggi" seperti karya Sutardji Calzhoum Bachri. Berikut empat faktor tersebut.

Baca juga: Kritik Sastra Puisi "Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu"

Pertama, tingkat pemahaman seseorang terhadap setiap kata yang ada dalam puisi. Semakin banyak kata yang mudah dipahami, semakin mudah pula dalam memaknai puisinya.

Kedua, tingkat pengenalan atau pergaulan seseorang dengan puisi. Seseorang yang sering membaca atau bahkan menulis puisi akan mudah mengenali isi yang terkandung dalam sebuah puisi.

Baca juga: kritik Sastra Puisi Senja di Pelabuahan kecil

Ketiga, pengalaman pribadi. Seorang yang pernah merasakan cinta akan mudah memahami puisi berjudul "Aku ingin" karya Sapardi Djoko Damono daripada seorang anak SD atau SMP.

Keempat, penguasaan teori sastra. Orang yang paham majas, konotasi, simbol, dan pengimajian lebih mudah memahami sebuah puisi daripada orang yang belum paham. 

Untuk menguji pemahaman kita tentang puisi, silakan baca puisi saya yang bertopik "ruu cipta kerja disahkan" berikut ini. Selamat membaca

---

Suaraku Tak Mau Bungkam!

untuk ayah ideologisku, Wiji Thukul

Upahku terkekang dalam generalisasi

Laba perusahaan meroket tinggi

Pengusaha dan penguasa tertawa hihihi

Kebahagiaanku menjadi sebatas ilusi

Adakah cara yang bisa kuperbuat selain berserah diri?


Lembar lembir lembur lember Lembor

Seperti mantra oh hidup manusia

Jika ingin kaya ya lembur di hari raya

Namun, utang datang mengambil secara paksa

ternyata pion tetaplah pion, raja tetaplah jaya


Sang buruh bekerja tanpa batas lelah

Si otoriter semakin haus akan darah

Bila proyek selesai ia buang yang lemah

Bila mangkrak, bahagia semakin jauh

Pilih kontrak seumur hidup atau PHK?


Aku hanya mewakili buruh yang senasib

Bukan buruh negeri yang terjamin aman

Waktu istirahatku terpotong kebijakan

Tak ada jaminan tak ada kesejahteraan

Aku harus siap sedia menerima imbauan


Inilah akhir dari kritik bentuk kata

Sah! Mereka permudah perekrutan TKA

Yok asing aseng datang tertawa hahaha

Apabila esok kau tak melihat rupa sahaya

Berarti Yoga Prasetya tinggallah nama

Malang, 6 Oktober 2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun