Sense of Place: Mengapa Ranu Lumajang Unik?
Konsep Sense of Place adalah konsep yang menggambarkan keterikatan emosional dan kognitif antara manusia dengan lingkungan fisiknya. Ranu di Lumajang memiliki karakteristik unik yang dapat dikembangkan untuk memperkuat identitas lokal. Misalnya, Ranu Pane yang terletak di kaki Semeru memiliki makna spiritual bagi masyarakat lokal yang biasanya dijadikan sebagai tempat tradisi sehingga menarik untuk melestarikan budaya dan tradisi melewati pariwisata dan edukasi.
Seni dan Budaya sebagai Komponen "Sense of Place"
Seni dan budaya lokal memiliki peran penting dalam membentuk sense of place. Dalam konteks Ranu di Lumajang, seni dan budaya bisa diintegrasikan melalui berbagai cara, seperti:
- Festival Ranu Lumajang: saya teringat dengan festival music Prambanan jazz yang ada di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Mengapa ? karena mereka memiliki sense of place yang kuat (prambanan) dan mereka manfaatkan untuk pengenalan tradisi dan budaya dengan background prambanan. Menurut saya ini menarik Ketika diimplementasikan di Ranu Lumajang dengan sense of place yang sangat kuat Ketika digabungkan dengan penambahan seni dan budaya, seperti music tradisional, jaran kencak, atau bisa melalui teater cerita rakyat dan mitos karena banyak ranu di Lumajang memiliki cerita rakyat dan mitos yang menarik. Misalnya, cerita tentang Dewi Anjani yang dipercaya mendiami Ranu Kumbolo
- Seni Instalasi Alam: Mengundang seniman lokal dan nasional untuk membuat instalasi seni yang berhubungan dengan alam dan budaya lokal di sekitar ranu. Ini dapat menjadi daya tarik tambahan yang memanfaatkan keindahan alam sebagai latar belakang seni.
Dengan memanfaatkan seni dan budaya, Ranu Lumajang bisa menjadi destinasi yang tidak hanya menawarkan keindahan alam tetapi juga pengalaman budaya yang mendalam.
Lalu bagaimana dengan Strategi Creative Placemaking Kontemporer?
Untuk membangun creative placemaking di sekitar Ranu Lumajang, perlu adanya pendekatan strategis yang melibatkan kolaborasi antara pemerintah, komunitas lokal, dan pelaku industri kreatif. Beberapa strategi yang bisa diterapkan antara lain:
- Pengembangan Infrastruktur Wisata: Terkait hal ini sudah di lakukan pemerintah setempat untuk mendukung fasilitas, sarana, dan prasarana sebagai Strategi Creative Placemaking Kontemporer. Akan tetapi, masih perlu peningkatan dan perawatan untuk memajukan destinasi khas ranu yang ada di Lumajang.
- Kolaborasi dengan Komunitas Kreatif: Melibatkan komunitas seniman lokal, pengrajin, dan pelaku ekonomi kreatif untuk mengembangkan produk khas Lumajang, seperti suvenir berbasis budaya lokal yang dijual di sekitar ranu.
- Edukasi dan Workshop: Mengadakan program edukasi tentang lingkungan dan budaya lokal bagi wisatawan, serta workshop seni dan kerajinan yang diadakan oleh masyarakat setempat.
Place-Based Creative Economic Development: Membangun Ekosistem Ekonomi Kreatif di Lumajang
Lumajang dapat mengambil inspirasi dari tempat-tempat lain yang berhasil mengembangkan ekonomi kreatif berbasis tempat, seperti District 798 Arts Zone di Beijing dan Hollywood sebagai pusat film dunia. Dengan menerapkan prinsip place-based creative economic development, Lumajang dapat mengubah ranu-ranunya menjadi pusat aktivitas ekonomi kreatif yang menyokong kesejahteraan masyarakat lokal.
Beberapa langkah yang bisa diambil adalah:
- Pengembangan Desa Wisata: Membentuk desa wisata di sekitar ranu dengan fokus pada produk lokal, homestay, dan paket wisata berbasis pengalaman.
- Digital Marketing: Mengoptimalkan platform digital dan media sosial untuk mempromosikan keindahan dan keunikan Ranu Lumajang ke pasar yang lebih luas.
- Kemitraan dengan Sektor Swasta: Mengundang investor dan mitra dari sektor pariwisata dan industri kreatif untuk berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur dan fasilitas wisata.
Kesimpulan