Sehingga jika dapat kita bandingkan dengan apa yang dilakukan oleh New York Times pada kolom komentarnya jika kita saksikan sangatlah dahsyat tentang komentar para pembacanya yang sangat kritis.Â
Haryo juga mengatakan bahwa salah satu upaya yang menjadi bagian dalam menjaga hubungan interaktif kepada pembaca kami tidak melepas begitu saja komentar yang masuk di kompas.id, namun belum sempurna seperti yang ada pada New York Times.Â
Terdapat juga upaya model interaktif yang sebenarnya belum dilaksanakan oleh kompas.id seperti kegiatan Gathering antara wartawan dan pembacanya.Â
Dimana pada setiap biro nantinya akan dihidupkan kembali menjadi tempat berkumpul antara pembaca dan wartawannya. Gathering ini juga bertujuan dapat mengumpulkan informasi secara langsung dari narasumber yang tepat pada suatu topik pembicaraan.Â
"Terdapat juga transisi yang terjadi pada pelanggan kompas cetak yang akhirnya berlangganan di kompas.id, seperti contohnya kita punya dokumentasinya Jusuf Kalla mantan wakil Presiden Indonesia yang berfoto saat membaca kompas.id. Lalu mertua saya sendiri yang juga pelanggan kompas umur tua namun yang memiliki habit pada konsumsi media digital yang kemudian berpindah dari kompas harian ke kompas.id. Maka sebenarnya terdapat karakter pelanggan umur tua yang juga bertransisi dalam berlangganan kompas harian ke kompas.id" sebut Haryo saat sesi tanya jawab.
Berkaitan sistem pada SEO (Search Engine Optimization) pada platform digital atau online dimana bertujuan menggunakan kata-kata kunci supaya dapat lebih mudah ditemukan laman beritanya.Â
"Namun terdapat contoh kasus yang juga menjadi perdebatan di kompas terkait penggunaan kaidah SEO bahwa jika kita lihat bersama pemberitaan tentang corona pada kompas.id dituliskan dengan kata "Korona" dengan segala persetujuan pihak kantor yang tentunya juga ini lumayan merugikan pada sistem SEO juga. Ya, tapi saya sebagai wartawan juga menerima dengan keputusan tersebut walaupun ada rasa kesal juga." tutup Haryo.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H