Mohon tunggu...
Yoga Perdana
Yoga Perdana Mohon Tunggu... -

suka (nulis) jatuh cinta dan (nulis) patah hati......

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tak Pernah Tepat Waktu (?)

21 Desember 2012   03:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:16 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"waah ini lucuuu..." kataku sambil memandangi benda yang kupegang. Benda berbentuk persegi panjang berlapis bludru merah maroon ini lovable sekali batinku.

"ini juga bagus... unordinary,kamu banget" kata laki-laki di depanku sambil memegang benda yang hampir mirip dengan benda yang kupegang, hanya beda desain, benda yang dipegangnya terbuat dari dedaunan yang diawetkan sedemikian rupa hingga bisa dijadikan bingkai foto.

Sore itu adalah sore paling berkesan buatku, mungkin juga buatnya. Di bukit belakang kampus, kami memutar kenangan, membuka mesin waktu, berbagi tawa lagi setelah beberapa tahun ini kami berlari sendiri-sendiri.

"jadi.. kamu masih suka nonton film drama korea dan menangisi cerita-ceritanya yang konyol itu?" tanyanya seketika.

"heeyy.. tidak ada yang konyol dengan cerita drama korea.. aku menangisi tokoh laki-laki di dalamnya.. aku menangisi betapa utopisnya penggambaran laki-laki yang sempurna disetiap cerita itu.. karena aku selalu berkeyakinan bahwa.."

"bahwa lelaki tampan, baik hati, menggemaskan dan romantis hanya ada di film-film korea.." potongnya.

dan kamipun terbahak bersama disenja itu..

tidak ada hal pernah terjadi pada kami dulu.. setidaknya itu menurutku. Kami hanya pernah terlibat perbincangan-perbincangan seru tentang apa saja. Tentang film, tentang musik-musik indie, tentang absurdnya manusia, tentang kepathetican sebuah gender, kami membicarakan segalanya, apa saja, tanpa ujung. Dan akupun tak tahu mengapa membicarakan hal kecil bisa sangat menarik bila dibahas dengannya kala itu. Hingga dia mulai membicarakan tentang kami.. dan segalanya berubah..

senja masih terhenti dihadapan kami. Hawa dingin mulai terasa menusuk. Dan pipiku tiba-tiba basah, aku menggigit bibir bawahku, berusaha agar lelehan mataku tak bertambah deras. Dia menyadarinya, kemudian memelukku. Aku semakin terisak dalam pelukan hangatnya.

"maaf untuk cinta yang tak pernah datang tepat waktu.." bisikku, dan dia memelukku semakin erat, membiarkan pundaknya basah.

Kami mengakhiri pertemuan itu dengan menaburi luka lama dengan sari jeruk mandarin impor dari Afrika. Sebenarnya aku ingin mengakirinya dengan lebih dramatis mengingat bukit belakang kampus ini memiliki jurang, dan mungkin akan lebih seru jika aku berpura-pura tak sengaja mendorongnya dari tepi bukit, dan tertawa melihatnya bergulung ke dasar jurang yang eksotis itu.

Tapi kali ini aku membiarkannya hidup.. dan merencanakan pertemuan terselubung lagi lain waktu..

ost: sore - setengah lima

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun