Mohon tunggu...
Yoga Pangestu
Yoga Pangestu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Profesi mahasiswa.

Mahsiswa sejarah yang mulai keranjingan ilmu filsafat.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Sejarah Filsafat Kuna: Atomisme Demokritos

23 Juli 2023   11:33 Diperbarui: 23 Juli 2023   11:33 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dikategorikan dalam aliran filsafat pra-sokratik, agaknya kurang tepat sebab Demokritos lebih muda dibandingkan dengan Sokrates. Namun topik pemikran Demokritos berbeda dari filusuf lain di era itu. Pemikiran tentang atom, memasukkannya dalam kategori filsafat pra-sokratik yang sebagain besar membahas asal-muasal alam, kosmologi, dan belum berpusat pada manusia sebagai objek pemikirannya.

Leukippos dari Melitos dianggap oleh Aristotales sebagai perintis mazhab atomis, namun Epikuros  berpendapat bahwa Leukippos bukanlah tokoh historis.  Memang sulit sekali menemukan informasi lengkap tentang kehidupannya. Walau begitu namanya selalu berdampingan dengan muridnya, Demokritos. Sehingga agaknya terlalu sulit membedakan pemikiran mereka berdua. Bisa ditarik kesimpulan, atau sebuah pengandaian bahwa Leukippos sebagai perintas dan pencetus atomisme, yang kemudian dikembangkan oleh Demokritos.

Demokritos hidup kira-kira pada tahun 460 sampai 370 SM. Dia lahir di kota kecil Abdera, pesisir Tharke, Yunani Utara. Berasal dari keluarga kaya raya, yang pada masa mudanya sering sekali melakukan perjalanan ke negeri-negeri timur dengan uang warisan tersebut. Demikrotos dipandang sebagai pemikir yang baik sebab dia cukup banyak menguasai keahlian dalam beberapa bidang. 70 karyannya terdiri dari; kosmologi, astronomi, logika, etika, teknik, bahkan musik, juga pemikirannya tentang atom.

Atomisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa, seluruh realitas tercipta dari unsur-unsur terkecil yang tidak dapat dibagi-bagi lagi. Sebab itu unsur terkecil ini diberi nama atom, yang dalam bahasa Yunani a (berarti tidak) dan tomos (terbagi). Filsuf atomis mencoba memecahkan masalah yang diajukan oleh filsfu elea. Mereka lebih setuju dengan pendapat filsuf pluralisme seperti Empedokles dan Anaxagoras yang berpendapat bahwa realitas dunia tercipta dari berbagai macam unsur, bukan hanya satu unsur saja.

Atom-atom berjumlah sangat banyak, dan kecil sehingga keberadaanya tidak dapat dicerap oleh pancaindera manusia. Atom juga memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Mereka memiliki bentuk, ukuran, dan urutan posisi yang berbeda. Kita bisa membayangkan atau menganalogikan atom seperti mainan lego yang dapat disusun menjadi berbagai bentuk. Namun atom tidak memiliki kualitas. Sehingga berbeda dengan ajaran Empedokles tentang anasir-anasir alam dan benih-benih Anaxagoras. Atom menempati ruang kosong. Atomis memiliki pendapat berbeda dengan mazhab elea yang menyatakan tidak adanya ruang kosong, sebab menurut mereka tanpa ruang kosong atom-atom tidak dapat bergerak. Aristotales menyederhanakan pendapat ini dengan pernyataan "yang tidak ada" ada juga "seperti yang ada".

Demokritos mengajukan bahwa segala sesuatu dapat dijelaskan dengan mengacu pada gerakan berbagai atom. Pernyataanya tentang prinsip alam semesta adalah atom-atom dan kekosongan. Gerakan atom yang spontan, mengaitkan berbagai atom sehingga menghasilkan badan atom (kumpulan atom), menjadi besar dan membentuk kosmos kita. Kira-kira seperti itu yang dipikirkan oleh Demokritos dan Leukippos.

Teori atom juga menjelaskan persepsi indrawi, sebab gugusan atom hanya dikenali melalui ciri-ciri kuantitatif saja (seperti bentuk, ukuran, posisi). Ciri kuantitatif-objektif ini harus dibedakan dengan ciri kualitatif-objektifnya (seperti berwarna, rasa, bau) sebab atom tidak memiliki kualitas dan ciri kualitatif ini berasal dari penalaran indrawi, sebagai subjek pengenalan tidak muncul dengan sendirinya. Agar lebih mudah dipahami agaknya kita memerlukan contoh, misalnya katakanlah sebuah benda semangka, kita mengenal semangka sebagai merah, hijau, segar, dan manis, namun menurut ajaran Demokritos itu hanya ciri-ciri kualitatif. Hal itu tidak melekat pada semangka, melainkan berasal dari pencerapan (subjektif) kita terhadap benda itu. Dengan begitu Demokritos mengajarkan adanya hubungan aktivitas subjek, mengenali objek. Yang berarti dalam proses pengenalan keduanya tidak dapat berdiri sendiri, namun tidak semata-mata subjektif tanpa sangkut-paut terhadap objek yang diamati.

Ajaran Demokritos juga berlanjut pada manusia dan etika. Menurutnya manusia juga terdiri dari atom, juga roh manusia terdiri dari atom yang lebih halus. Sehingga hal ini memungkinkan manusia dapat mengenali benda-benda. Sebab terjadi adanya kontak antara atom benda dengan atom manusia. Misalnya ketika kita memandang bulan, indera kita bisa mengenali itu karena mata kita disusupi oleh atom-atom bulan. Sedangkan mengenai etika, dia mengajarkan kehidupan praktis manusia untuk mencapai euthymia atau keadaan batin yang sempurna. Yang terdiri dari keseimbangan segala hal dalam hidup seperti; kesenangan dan kesulitan, kenikmatan dan pantangan dan lain sebagainya. Dengan cara menyeimbangkan rasio manusia.

Agaknya Demokritos mengakhiri series tulisan ini tentang filusuf alam, selanjutnya akan kita masuki alam pikiran Sofisme, Sokrates, Plato dan Aristotales pada tulisan-tulisan selanjutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun