[caption id="attachment_337893" align="alignnone" width="592" caption="Jokowi (sumber foto : www.rankoran.com)"][/caption]
Strategi Kubu Jokowi untuk memecah belah parlemen sekaligus membuatnya semakin lemah terus bergulir. Setelah 'pura-pura' mengalah diawal, kini Kubu Jokowi mulai gencar melakukan serangan balik.
Lumayan juga strategi mereka. Pertama, Kubu Jokowi atau yang biasa disebut dengan Koalisi Indonesia Hebat tampak akan dilibas oleh Kubu Oposisi yang digalang oleh Partai pendukung Prabowo yang dikenal masyarakat dengan Koalisi Merah Putih. Mereka kalah dalam Undang-undang MD3, lalu dijungkalkan dalam pemilihan Ketua DPR dan tumbang dalam pemilihan Ketua MPR.
Setelah hattrick kekalahan, KIH mulai melancarkan serangan balik. Langkah awal yang diambil adalah mereka memecah belah Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Suryadarma yang sedang tersandera setelah menjadi tersangka Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dilengserkan dari Ketua Umum PPP. Alatnya, Menteri Hukum dan HAM Yasona Laoly. Politisi PDI perjuangan dari Nias yang baru sehari menjabat sebagai MenkumHAM tiba-tiba mengesahkan PPP saingan SDA yang digalang ROmahurmuzy. Tak ayal, PPP pun pecah. Ada dua kubu Partai Kaum Nadhiyin itu yang sekarang sedang berseteru. Satu Kubu dipimpin Gus ROmy yang mendukung KIH, kubu seberang dipimpin Djan Faridz yang setia ke KMP.
Setelah merasa menguat, KIH mulai 'berulah' mereka melakukan boikot dan mendirikan DPR tandingan setelah tak ada titik temu dalam pemilihan ketua Alat Kelengkapan Dewan. DPR tandingan ini dijadikan alat tawar untuk bernegosiasi dengan KMP. Mereka mengajukan revisi UU MD3 dan meminta jatah ketua AKD. KMP pun akhirnya 'legowo' namun KIH sudah diberi 'ati njaluk rempelo', mintanya makin macam-macam.
Belum berhenti disitu, KIH mulai mengobok-obok Partai Golkar. Mereka tentu sudah tahu benar, Partai Beringin itu motor sebenarnya KMP. Dengan Golkar pecah, tentu saja KMP akan goyah. Hasilnya bisa dilihat, Golkar memanas. Ada Abu Rizal vs Agung Laksono, Nurdin Halid vs Yorris, Poros Tua vs Poros Muda sudah terbentuk dan saling berseberangan. ( Ricuh Golkar, Yorris Dilaporkan ke Polisi http://bit.ly/1xDhRun ) Sepertinya, Golkar pecah tinggal menunggu waktu. Tak mustahil, usai munas akan terbentuk partai baru pecahan beringin.
Dengan kondisi seperti itu, Kubu Jokowi makin berani. Setelah Menteri Rini melarang eksekutif BUMN ke DPR. Jokowi pun mengedarkan surat yang melarang para menterinya memenuhi undangan parlemen sebelum kisruh DPR usai. Langkah ini dinilai banyak kalangan justru akan memperkeruh hubungan pemerintah-parlemen ( Jokowi Larang Menteri, Perkeruh Hubungan Pemerintah-Parlemen http://bit.ly/11TsH7g ). Boikot ini tampaknya disengaja, Jokowi sudah menghitung-hitung kekuatan parlemen terkini. KMP sudah mulai melemah dengan pecahnya PPP dan (segera) Golkar.
Akhirnya bisa dibaca, Jokowi akan mengizinkan menteri-menterinya datang ke DPR setelah KMP bisa dikalahkan dan parlemen bisa dikuasai. Jika Golkar usai munas masuk ke KIH, KMP akan lemah. Partai lain tinggal menunggu saatnya. Dengan demikian, Parlemen tak akan terlalu 'nyaring' mengkritisi.
Apakah ini pertanda, Jokowi dan kabinetnya enggan diawasi. Apalagi oleh bekas rivalnya dalam pilpres lalu. ( Presiden dan Menteri Enggan Diawasi Parlemen http://bit.ly/1zsS1Lz ). Jika ini yang terjadi, berbahaya!
Referensi lain:
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H