Mendadak teringat akan obrolan gue (baca:curhat) kepada rekanan gue di kampus tentang Twitter yang sebenernya udah kepikiran lama dan gue juga dapet pemikiran ini dari orang lain yang lebih senior dan wawasan nya mumpuni. Kenapa Twitter, karena ada sesuatu yang aneh yang nggak gue pungkiri kalo dulu pun gue begitu : " Follback nya dong kaka !!" " Polbek bisa kalee ..." " Plobek dong " <-- #terTambun Kenapa sebagian besar pengguna Twitter (yang gue tau di domisil Indonesia, karena gue disini, nggak tau dah di luar negeri ada polbek-polbekan apa kaga) selalu meminta di Follow balik setelah mem-follow sebuah akun entah akun anonim atau personal ? Gue akan bahas ini berdasarkan ilmu antropologi yang gue punya. (setdah banyak gaya lu yog segala pologi pologi apalah itu elu bawa-bawa, kaya ngarti aja)
lambang Twitter, biar rame aja dikasih gambar Twitter merupakan sebuah Jejaring Sosial yang dibentuk oleh Jack Dorsey pada tahun 2006, yang konsepnya merupakan mikroblog. Seperti namanya bahwa mikroblog adalah bentuk kecil dari blog, sangat simple dan menarik karena setiap pengguna twitter (baca:tuips) dapat beropini atas hal apapun dengan 140 karakter. Dan kalau bicara Jejaring Sosial, tidak akan lepas dari yang namanya Facebook, sebuah socmed yang fenomenal yang menenggelamkan Friendster. Jadi inget kalo dulu gue mau bikin Friendster, cuman gara-gara umur blon 17 jadinya musti nunggu, eh di tahun 2007 Facebook mulai ramai di Indonesia. Lah trus apa hubungannya sama Facebook ? Mark Zuckenberg membuat Facebook pada tahun 2004 yang artinya 2 tahun lebih cepat daripada Twitter. Maka perkembangannya pun jelas, Facebook ambil start lebih awal. Di tahun 2007 Facebook mulai diminati oleh orang banyak terutama orang Indonesia setelah Jejaring Sosial yang awalnya diciptakan untuk kepentingan kampus ini mulai dikomersilkan ke seluruh dunia. Kita ketahui bahwa dalam Facebook menganut sistem pertemanan, dimana hubungan yang diciptakan yaitu Add Friend --> Confirm/Ignore --> Friend/Not Yet. Dalam budaya Add Friend Facebook sendiri pun terbagi menjadi dua : 1). Kenal di dunia nyata, mari berteman di dunia maya Seseorang akan melakukan Add Friend apabila sudah mengenal orang tersebut sebelumnya, jadi fungsi Facebook sendiri lebih kepada menjaga koneksi atau silaturahmi yang sudah ada. Banyak orang yang menemukan teman lama nya di Facebook, teman yang bahkan kabar terakhirnya pun simpang siur. Selama nama teman anda tidak pasaran dan teman anda tidak 4l@Y dan mengganti namanya dengan simbol hieroglyph, insya Allah anda bisa menemukan teman lama anda yang telah lama hilang. 2). Hai, aku punya Facebook, mari berteman ! Kedua, seseorang melakukan Add Friend bisa atas dasar pengen kenalan. Maka jangan heran waktu demam-demam nya Facebook banyak cowo yang cuma nge-Add cewe yang profpict nya cantik, spam sana sini, niat nya ya pengen kenalan, siapa tau bisa jadian, yaelah :) jadi inget dulu gue waktu pertama kali bikin Facebook. Nggak ada yang salah selama akal sehat masih jalan, karena di poin kedua ini banyak terjadi penyimpangan seperti penculikan dan penipuan yang kasus nya juga lumayan banyak. SS orang minta polbek via Writelonger #seriusamat Trus masalahnya apa ? That's the point ! begitu gemparnya Facebook sampai-sampai membuat rakyat Indonesia latah akan socmed. Dua tahun kemudian, sekitar 2009 Twitter mulai meramaikan ranah Jejaring Sosial di dunia bagian Indonesia. Orang-orang mulai mencoba bermain Twitter, namun mindset akan Facebook belum bisa terlepas dari para penjajal Jejaring Sosial. What is the f**kin mindset ? yaitu Add Friend --> Confirm. Dalam Facebook kita membutuhkan validasi akan pihak kedua (orang yang di-add) apakah ia bersedia berteman dengan pihak pertama (orang yang nge-add) sehingga seseorang dikatakan saling berteman dalam Facebook apabila kedua pihak setuju dan mengakui kalo mereka berteman. Sedangkan di Twitter, merupakan sebuah mikroblog yang lebih cenderung ke arah pemberian informasi dan edukasi, sehingga menggunakan sistem "Follow" layaknya blog-blog yang sudah-sudah. Do you know what "Follow" means ? "Ikuti". Nggak semua teman bisa diikuti, dan nggak semua yang kita ikuti adalah teman. Jelas Twitter berbeda dengan Facebook, namun kita memainkan Twitter dengan aturan Facebook, jadinya aneh kaya maenin Futsal pake aturan Bulutangkis, jauh broh. :) makanya banyak orang yang minta Polbek sebagai bentuk refleks akan validasi pertemanan dalam Twitter yang sebenernya tidak berlaku. Sebelum kalian makin sensi, gue mau ngasih alasan kenapa seseorang mem-follow suatu akun : 1). Follow karena butuh Kenapa sih elu nge-follow dia ? dasarnya sih satu, karena elu butuh. Banyak bermacam-macam jenis akun Twitter, ada yang isi nya informatif, edukatif, mengandung unsur komedi, atau yang sekedar nyampah. Kunci nya sih satu, menarik untuk di follow alias #recommended. 2). Follow karena kenal Nggak jauh beda sih sama poin pertama. Karena kalo udah kenal sama seseorang, suatu saat pasti butuh, makanya deh di follow. Spesifikasi "kenal" pun berbeda-beda tiap individu nya. Ada yang kenal bentar terus follow, ada yang baru follow kalo bener-bener kenal, ada yang udah kenal lama tapi nggak difollow-follow, mungkin karena dia nggak punya Twitter. 3). Follow karena menarik Kedua poin diatas merujuk ke poin terakhir ini. Sesuatu yang menarik sangat asik untuk diikuti (baca:follow). Menarik pun beda persepsi tiap individu nya. Cewek dengan ava cantik photogenic kemungkinan besar punya banyak follower, karena menarik from the first sight. Kenapa (at)radityadika follower nya ampe jutaan dan semua nya follower garis keras, yang kalo dia nge-tweet bisa jadi trending topic padahal bacaan nya ora danta ? karena ada sesuatu yang menarik dari beliau. Kenapa (at)DennyJA_WORLD banyak follower nya ? karena dia beli akun orang. So, daripada malakin orang dalam bentuk minta polbek, lebih baik jadi menarik agar mereka mem-follow kita secara sukarela. Dan nggak bisa dipaksakan juga kalo selera orang itu beda-beda, dan fakta kalo kita nggak bisa bikin semua manusia di bumi ini senang. Sekian dulu dah. for more (at) http://yogajabrik.blogspot.com /
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H