Mohon tunggu...
Muhammad Dwi Prayoga
Muhammad Dwi Prayoga Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 2011.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tretes, Pemandian Patih Gajah Mada

17 Oktober 2012   04:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:45 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi itu saya dan kawan-kawan sudah dengan gaya dan perbekalan masing-masing. Sepeda sewaan sudah dipersiapkan dari semalam, dan kami siap berangkat dari Kediri menuju salah satu tempat wisatamdi Jombang. Seminggu sebelumnya, salah seorang dari kami bercerita tentang adanya sebuah air terjun yang masih alami dan jarang didatangi penduduk, yakni air terjun Tretes. Secara geografis, Tretes terletak di desa Galengdowo, kecamatan Wonosalam, kabupaten Jombang. Konon air terjun ini pernah menjadi tempat mandi patih Gajah Mada dari Majapahit. Dari cerita itu mucul ketertarikan kami untuk mengunjungi air terjun tersebut. Setelah sepakat dengan jalur dan akses kesana, akhirnya rencana itu terwujud seminggu kemudian. Setelah melaksanakan shalat subuh, kami mulai mengayuh sepeda melewati pelataran alun-alun Pare, kemudian berlanjut ke jalan beraspal lintas Kediri – Malang. Kami memilih jalan yang relatif lebih sepi walaupun lebih banyak tikungan untuk menghindari lalu lintas yang padat di jalan raya. Jalur ini lebih menyenangkan dibanding jalan raya yang biasa dilalui bus dan truk. Selain pemandangan sawah dan pegunungan di ujung mata juga karena hawa dingin dan segarnya udara pedesaan membuat jalan yang menanjak naik menjadi tak terlalu terasa berat. Sawah yang masih hijau dan air sungai kecil yang mengalir sungguh merupakan perpaduan yang sedap dipandang. Sesekali kami bernyanyi kecil untuk mengusir kelelahan dan pegal di tubuh yang sudah mulai terasa.

13504472631794739256
13504472631794739256
Setelah sekitar dua jam bersepeda, kami tiba di pasar Kandangan. Sesuai dengan rencana awal, kami akan sarapan di sini. Pagi itu pasar Kandangan sudah mulai ramai dengan segala aktifitasnya. Kami mencari warung makan yang sesuai selera dan kantong kami. Akhirnya pilihan kami jatuh pada nasi rawon dan pecel. Setelah sarapan, kami mulai mengecek kondisi sepeda masing-masing, permasalahan dari tiap sepeda mulai terlihat. Inilah akibat dari mengandalkan sepeda sewaan dengan harga murah, sepeda yang bergenyit dengan bunyi yang mengusik telinga, rantai yang sudah mulai bergeser, rem yang sudah mulai bermasalah dan lain lagi dengan ban yang sudah mulai gembos. Namun karena penyakit sepeda sewaan itulah perjalanan kami semakin menyenangkan sekaligus menantang. Setelah melakukan perbaikan seadanya pada sepeda, perjalanan kami lanjutkan. Desa Galengdowo adalah desa terakhir sebelum masuk ke hutan, disini banyak petani dan peternak sapi perah lengkap dengan tandu susu segarnya. Kami disajikan pemandangan alam sebuah desa. Menurut cerita dari teman yang asli Kediri, susu segar di sini benar-benar gurih. Ini adalah salah satu tempat penghasil susu sapi segar di Jawa Timur. Walaupun tidak sebesar Pangalengan di Jawa Barat, setidaknya suasana pedesaan seperti ini bisa memanjakan mata. Setelah meninipkan sepeda dirumah warga dan sedikit relaksasi, kami bersiap untuk melakukan perjalanan selanjutnya. Waktu menunjukkan pukul 10.00, tak terasa sudah hampir 5 jam waktu kami habiskan sejak berangkat.

13504473431436245143
13504473431436245143
Selanjutnya perjalanan kami lanjutkan dengan berjalan kaki. Pada awal perjalanan, kami disuguhi pemandangan pohon sengon dan alpukat yang ada di lahan pertanian warga setempat. Kami berjalan di jalan setapak di pinggir bukit dengan pemandangan sungai disisi kanan. Petunjuk jalan kami hanya sungai itu, kalau terus mengikuti alur sungai itu maka kami akan tiba di Tretes. Setengah jam pertama kami sudah masuk ke hutan, hutan tropis dengan tebing tinggi dan pohon-pohon besar yang terlihat masih begitu alami. Kami berjalan terus menyusuri sungai, semak-semak dan juga bebatuan yang licin. Sesekali kami berhenti untuk mengambil nafas dan berfoto sembari memunguti pacet yang menempel di kaki kami. Hewan pengisap darah ini banyak kami temui selama perjalanan. Mungkin inilah alasan mengapa air terjun Tretes tidak menjadi tempat wisata seperti kebanyakan air terjun lainnya di Jawa Timur, aksesnya masih sulit untuk sebuah destinasi wisata keluarga.

1350447394793509408
1350447394793509408
Setelah berjalan kaki sekitar dua jam, kami tiba di depan air terjun Tretes. Kabut tebal yang menutupi pandangan kami ditambah derasnya tempias dari air yang jatuh membuat mata sulit untuk bisa melihat ke atas. Areal sekitar air terjun ini ditumbuhi rumput liar yang subur. Dengan ketinggian 170 meter, Tretes menjadi air terjun tertinggi di Jawa Timur. Airnya yang dingin terasa amat segar dan kami menyempatkan diri untuk mandi di bawah guyuran airnya sambil bercanda. Tempat ini sunggu indah, andai saja semua objek wisata bisa seperti ini, pastilah menjadi sebuah objek wisata alam yang benar-benar menyenangkan. Selain masih jarang sampah yang ditemukan, juga karena suasana hutannya begitu terasa. Tretes jauh lebih indah bila dibandingkan dengan air terjun yang sudah dikelola menjadi tempat wisata yang berorientasi pada profit.

1350447439960589307
1350447439960589307

Foto oleh : Esti Pasaribu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun