"Ya apalagi musim pandemi seperti ini ya, terjual 50 bungkus saja saya sudah senang sekali, syukur alhamdulillah kalau ada yang beli jualan saya, apalagi musim sekarang semua serba susah" katanya.
Tak sedikit orang yang membeli dagangannya karna kasian melihat Tugiyem yang duduk di salah satu sudut di malioboro dengan jualannya yang ada dikeranjangnya, sesekali Tugiyam melihat sekitarnya dan mengusap mukanya.
"Mungkin orang beli dagagan saya, ya karna kasian melihat saya yang sudah tua ini, seperti tadi, ada itu anak prempuan yang beli dangan  saya, dia beli cuman 2 kacang, uang nya Rp 10.000, pas saya kembalikan dia tidak mau" katanya.
Saat ini, baginya kesehatan adalah bagian yang terpenting, dikala pandemi Covid-19. Dirinya bersyukur masih diberi umur yang panjang dan masih diberi kesehatan untuk bisa berjualan.
"Alhamdulillah saya masih diberi umur yang panjang dan kesehatan sama gusti Allah, bisa makan saja alhamdulillh sekali, ya walaupun sudah tua, tapi ya kita tetap harus bersyukur sama gusti Allah," Katanya.Â
Dari  Mbah Tugiyem kita belajar kalau hidup harus terus diperjuangkan bagaimana pun keadaannya, dan perjuangan Mbah tugiyem ini patut dicontoh oleh generasi muda dimasa sekarang dan yang akan datang, memilih untuk terus berjuang dan berusaha lebih baik dari pada hanya berdiam diri dan tidak melakukan apapun untuk memperjuangkan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H