Mohon tunggu...
Yoehan Rianto Prasetyo
Yoehan Rianto Prasetyo Mohon Tunggu... Guru - Guru PPKn

diri, jadilah jiwa samudera yang menampung segala

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Sebuah Peradaban: Peradaban Pancasila

24 Juli 2022   11:38 Diperbarui: 24 Juli 2022   15:50 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

"A great civilization never goes down, unless it destroy is self from within"~Soekarno

Saya sangat percaya, bahwa sebuah bangunan kebudayaan yang menjunjung tinggi perikemanusiaan akan menjadi sebuah bangunan peradaban. Bagi saya peradaban memanglah tersusun dari kebudayaan/tradisi-tradisi yang dipertahankan karena dianggap cukup bermanfaat.

Sebaliknya, tradisi/kebudayaan yang jauh dari perikemanusiaan akan hilang dengan sendirinya ataupun dihilangkan secara paksa, mengingat kemanusiaan dimanapun dan kapanpun adalah sama. Segala yang tidak berperikemanusiaan apalagi hingga dianggap merugikan, akan ditinggalkan.

Para antropolog memakai kata "peradaban" untuk membedakan antara kelompok masyarakat yang dianggap memiliki kebudayaan unggul dibandingkan dengan kelompok masyarakat lain yang bahkan mungkin dianggap tidak beradab atau memiliki kebudayaan yang jauh dari perikemanusiaan, hingga akhirnya sempat juga muncul pandangan bahwa masyarakat barat yang beradab dan masyarakat 'non barat' yang masih melakukan praktek-praktek tradisi yang (dikatakan) liar, bar-bar dan bahkan biadab.

Pendeknya, jika kita memakai cara pandang barat ini, maka masyarakat yang beradab menunjuk pada masyarakat yang memiliki kebudayaan maju, yaitu masyarakat yang tersentuh teknologi dan lebih-lebih adalah masyarakat dengan 'gaya' kebarat-baratan. Demikian itu karena teknologi selalu mempersyaratkan cara pengoperasiannya bahkan sebuah gaya hidup untuk mengiringinya.

Tapi, bukankah gaya hidup kebarat-baratan itu tidak semua bermoral? Sedang peradaban dicirikan sebagai masyarakat dengan kebudayaan unggul, dimana masyarakat ini lebih mengedepankan moral dan moral sendiri punya dasar kemanusiaan yang akan selalu sama dimanapun dan kapanpun.

Jadi, peradaban agung yang berumur panjang tentunya adalah susunan kebudayaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, sebagaimana pula nilai kemanusiaan yang dicantumkan dengan tegas dalam pancasila, yang bahkan perlu dilengkapi dan dipertegas menjadi "kemanusiaan yang adil dan beradab".

Pertama-tama sekali orang haruslah mengenali 'manusia'. Dengan mengenali manusia/kemanusiaan itulah orang mampu memanusiakan manusia, dalam arti memanusiakan dirinya sendiri sekaligus memanusiakan orang lain. Orang harus mau dan mampu mengenali siapa dan bagaimana manusia itu? Dengan menyadari bahwa manusia yang makhluk paling sempurna itu juga masih punya kelemahan.

Kelemahan manusia tersebut, misalnya masih bisa merasa atau menderita lapar, atau sakit, atau juga ngantuk. Jika seseorang mau dan mampu memanusiakan dirinya, tentunya ia tidak akan menyiksa dirinya sendiri. Ia akan memperlakukan dirinya selayaknya manusia yang butuh makan dan tidur. Pun jika ia paham benar kalau disakiti itu tidak enak maka ia tidak akan menyakiti orang lain. Inilah manusia yang beradab, bersikap adil: memanusiakan manusia.

Sikap individualis yang dikedepankan oleh masyarakat barat memang ada baiknya, yaitu mendorong kemandirian individu, dimana dalam kemandirian itu juga akan selalu memunculkan kreativitas yang tentunya juga menjadi penunjang dalam pembangunan peradaban.

Tapi sikap individualis ternyata juga menyeret orang untuk acuh dan abai terhadap kemanusiaan, yang muncul dari sikap individualis juga tentang keuntungan pribadi yang seringnya diusahakan dengan segala cara. Memperkaya diri dengan cara menipu misalnya, atau berdagang dengan cara-cara yang curang.

Belum lagi orang-orang dalam jabatan-jabatan tertentu yang cenderung memakai 'hak istimewa'nya diluar tugasnya yang sangat pasti merugikan orang lain. Hak istimewa dimanapun dan kapanpun selalu merusak, apalagi jika digunakan diluar tugas tertentu dan diluar waktu tertentu.

Sedang yang dibutuhkan adalah manusia yang adil dan beradab. Ditambah lagi jika menilik bunyi sila keempat pancasila "kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan" dimana negara yang berdasarkan kerakyatan ini butuh manusia-manusia unggul yang mewakili rakyat dalam sebuah musyawarah, manusia-manusia unggul yang memimpin berdasarkan hikmat kebijaksanaan.

Memanglah tugas dari masing-masing kita untuk memilah dan memilih, hingga akhirnya nanti terbentuklah kebudayaan unggul yang dihuni oleh manusia-manusia yang adil dan beradab. Bukan gerombolan manusia biadab yang memaklumkan tindakan-tindakan culas yang merugikan atau bahkan menyakitkan banyak orang.

(Tulisan ini sebenarnya untuk turut merayakan hari lahir pancasila tanggal 1 Juni 2022, tapi baru sempet diunggah 24 Juli 2022, semoga belum kadaluarsa)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun