"Enggak seperti yang Etta bayangkan, kayanya seperti infus biasa aja. Kirain Etta, selama obat kemonya menetes ke pembuluh darah, Etta akan ngerasain sakit sepanjang waktu obat itu masuk, selama 6 jam"
"Mual gak?" tanyaku lagi.
"Alhamdulillah enggak, mungkin karena sebelum kemo udah minum obat mualnya ya?"Â
Sebelum kemoterapi, dokter onkologi medis yang menangani adikku memang sudah menyiapkan obat yang harus diminum satu hari sebelum kemoterapi dan dilanjutkan sampai seminggu setelah kemo. Obat-obat tersebut diberikan untuk mencegah atau mengurangi keluhan mual dan muntah.
Setelah dua minggu pasca kemoterapi, adikku mulai mengalami keluhan yang merupakan keluhan yang paling umum dari efek samping kemo, yaitu rambutnya mulai rontok, tapi alhamdulillah botak bukan momok buat dia bahkan dia sudah merencanakan akan bikin gundul kepalanya setelah kemonya yang kedua.
Melihat dia biasa saja, tidak mengeluhkan apapun yang umumnya dirasakan oleh pasien lain, aku khawatir dan curiga jangan-jangan dia menyembunyikan apa yang dirasakannya kepada kami karena tidak mau membuat kakak-kakaknya cemas.
"Beneran gak ada keluhan Tet? tanyaku agak enggak yakin.
"Ada sih sedikit nyeri-nyeri, tapi alhamdulillah gak terlalu mengganggu dan gak perlu obat penghilang nyeri juga sih." begitu jelasnya.
"Mungkin karena Etta udah tau efek samping yang bakal terjadi ya, dan Etta Insya Allah bisa nerimanya makanya Etta gak ngerasain keluhan?" dia malah balas bertanya.
"Mudah-mudahan" kataku.
Pentingnya mempelajari efek samping yang mungkin terjadi terkait pengobatan kanker, membuat kita bisa melakukan perubahan-perubahan perilaku dalam rangka pencegahan, salah satu hal yang menjadi perhatian kami adalah penggunaan masker.Â