Coba saja searching, kita bisa menemukan tulisan-tulisan yang mengulas tentang kemoterapi yang ditulis oleh mereka yang tidak memiliki latar belakang keilmuan yang sesuai, sehingga (mohon maaf) anjuran untuk tidak menjalankan kemoterapi karena alasan efek samping yang ditimbulkan - yang menurut penulis itu lebih banyak efek negatifnya -adalah anjuran yang tidak bertanggung jawab.Â
Oleh karena itu menjadi sangat penting bagi pasien penderita kanker dan keluarganya untuk mengetahui dan memahami tentang kemoterapi ini secara jelas, sehingga dapat membantu dalam membuat keputusan yang paling aman bagi pasien.Â
Caranya? berdiskusilah dengan tim dokter anda tentang kemungkinan risiko dan efek samping dari kemoterapi serta manfaatnya. Diskusi bisa dilakukan dengan Dokter Onkologi Ginekologi atau dengan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Onkologi Medis, atau dengan para edukator terlatih, merekalah orang yang dapat secara tepat menjelaskan tentang kemoterapi yang akan diberikan kepada pasien.Â
Mencari informasi pada pasien dengan kasus yang sama bisa juga bermanfaat, asal dipahami bahwa reaksi dan efek samping obat kemo tidak selalu sama pada setiap orang dan tingkat keparahannya juga berbeda-beda antara pasien yang satu dengan pasien lainnya, tergantung dari jenis dan dosis obat serta kondisi kesehatan pasien itu sendiri.
Cara lain untuk mendapatkan informasi yang dapat dipertanggung-jawabkan kebenarannya adalah membaca jurnal. Banyak juga jurnal kesehatan atau kedokteran yang ditulis dengan bahasa popular sehingga mudah dipahami oleh orang awam sekalipun.
Dalam beberapa literatur disebutkan beberapa efek samping kemoterapi yang umum yang mungkin terjadi adalah:
- Mual dan muntah
- Kerontokan rambut
- Kelelahan
- Tidak nafsu makan
- ruam/memar
- sariawan atau luka pada mulut.
Meskipun memiliki efek samping, yang pada sebagian orang mungkin terihat parah, tetapi kemoterapi mempunyai manfaat yang lebih besar dibanding efek samping yang ditimbulkan, karena sebelum ditetapkan sebagai modalitas pengobatan kanker, obat-obat tersebut sudah melewati penelitian dan percobaan klinis sebelumnya. Selain itu, gejala dan keluhan terkait efek samping pengobatan kanker juga bisa dikelola.
Pada kasus adikku, Kanker Ovarium Stadium II, setelah menjalani operasi pengangkatan tumor, pengobatan selanjutnya adalah kemoterapi yang diberikan selama 6 kali dengan selang waktu 3 minggu.Â
Kemoterapi diharapkan dapat membenuh sel-sel ganas yang mungkin masih ada dalam tubuh setelah operasi, atau mematikan sel-sel kanker yang telah menyebar.
Obat kemo diberikan melalui infus ke pembuluh darah vena dengan menggunakan alat infusion pump, dengan alat ini obat kemo diatur akan habis dalam waktu 3 jam untuk masing-masingnya, jadi karena menerima dua macam obat kemoterapi, maka obat tersebut akan habis dalam waktu 6 jam, oleh karena itu pemberian kemoterapi dilakukan di ruang rawat inap.Â
"Gimana rasanya Ta?" tanyaku setelah obat kedua obat kemoterapi masuk ke pembuluh darahnya.