[Artikel ini aku tulis atas permintaan Retta, adikku yang menderita kanker ovarium yang tengah menjalani pengobatan kemoterapi. Dia menilai informasi yang dia terima dan dia baca sebelumnya tidak sepenuhnya benar bahkan cenderung membuat dia cemas, takut dan ragu dalam mengambil keputusan untuk kemoterapi.]
Begitu terdiagnosis kanker ovarium dan harus menjalankan kemoterapi, adikku mendapatkan begitu banyak perhatian baik dari keluarga maupun dari teman-temannya.Â
Setiap orang yang merasa memiliki pengalaman dengan penderita kanker yang menjalani kemoterapi,- apakah karena saudara atau kerabatnya juga menjalani kemoterapi atau cuma mendengar dari orang lain - memberikan begitu banyak saran yang membuat adikku sempat bingung.Â
Beberapa orang mengatakan gak boleh makan ini dan jangan makan itu, sementara dokter yang merawatnya membolehkan apa saja, "enggak perlu pantang makan ya, apa saja makan, tapi kalau bisa hindari makanan yang dibakar dan makanan kaleng" cuma itu, dan tentu saja aku setuju dengan anjuran dokter yang merawatnya, mengingat adikku perlu daya tahan tubuh yang baik, yang prima, sebelum menjalankan kemoterapi.Â
Informasi tentang kemoterapi yang diberikan oleh mereka juga beragam dan sempat membuat adikku takut dan cemas menjelang hari pelaksanaan kemoterapi yang pertama.Â
"Etta takut ma.... dan menurut yang Etta baca, kemo itu sakit dan in the middle of Chemo bisa meninggal," katanya. Aku gak bisa mengeluarkan jawaban untuk menghiburnya, aku cuma bisa bilang "Jangan terlalu dimasukkan ke dalam pikiran apa yang disampaikan orang tentang kemoterapi, khan kita sudah diskusikan tentang kemoterapi ini dengan orang yang kompeten".Â
"Tentang meninggal..." kataku melanjutkan, "Gak usah lagi kemo Tet, kalau udah sampai waktunya, orang yang sehat aja, lagi olahraga bisa juga meninggal."
Begitulah, kadang-kadang informasi yang disampaikan atau informasi yang didapatkan dengan mudah di internet bukan justru membuat penderita kanker menjadi semangat dan berjuang untuk sembuh tapi malah sebaliknya, mereka semakin cemas dan bahkan mulai ragu pada rekomendasi dokter.Â
Meski begitu, kami tetap berterima kasih kepada siapapun yang telah memberikan saran sebagai bentuk ungkapan rasa peduli dan kasih sayang mereka kepada adikku.
Memang tak bisa dipungkiri, kemo sepertinya menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian penderita kanker, mereka tidak saja khawatir pada efek samping yang ditimbulkan tapi juga takut pada efek yang muncul pada saat pemberian obat itu sendiri.Â
Kecemasan dan kekhawatiran tersebut bisa diperparah jika mereka (penderita kanker dan keluarganya) tidak mendapatkan informasi yang tepat dari orang yang tepat.Â