Singkat cerita, adikku melaksanakan apa yang dianjurkan oleh dokter IGD untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis Penyakit Dalam.
Dari dokter Penyakit Dalam kemudian dirujuk ke dokter spesialis Kandungan karena dari USG terlihat ada benjolan berukuran cukup besar 6 x 10 cm di rongga panggul.
Dokter Kandungan menganjurkan pemeriksaan USG ulang, karena USG akan dilakukan oleh dokter yang terkenal canggih dalam hal USG, maka adikku baru dapat jadwal USG dua minggu lagi sejak mendaftar.Â
Aku yang nggak sabar nunggu waktu dua minggu itu karena terus terang aku khawatir dengan kondisi yang dialaminya.
Hasil USG, Hasil laboratorium, dan penurunan berat badan membuat aku curiga, walaupun dokter mengatakan kemungkinannya adalah kista.Â
Maka kami memutuskan untuk melanjutkan pemeriksaan di RS Khusus Kanker Dharmais. Hasil pemeriksaan CT Scan dan Pemeriksaan Laboratorium Penanda Tumor (Tumor marker) Ovarium menunjukkan kecurigaan ke arah keganasan ovarium. Dua hari setelah diagnosis ditegakkan, dilakukan operasi.
Dokter Spesialis Kandungan sudah menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang akan dilakukan tergantung dari apa yang ditemukan saat operasi dan hasil potong beku.
Bisa saja yang dilakukan hanya pengangkatan massa tumornya, tapi ada kemungkinan bahwa rahim, kedua indung telur, kelenjar getah bening, usus buntu juga akan diangkat, untuk itu persetujuan untuk tindakan yang dokter obsgyn jelaskan tersebut sudah diminta di awal.Â
Pada saat operasi, aku dipanggil ke ruang operasi dan dijelaskan apa-apa yang ditemukan dan karena kemungkinan terburuk sudah kami diskusikan sebelumnya, aku menyetujui advice medis dokter obsgyn untuk mengangkat rahim dan lain-lainnya. Dengan catatan, menunggu hasil pemeriksaan potong beku, yang ternyata hasilnya: Adenocarcinoma.
Setelah menjalani operasi, selanjutnya Retta harus menjalankan kemoterapi.
****