Mohon tunggu...
Yoen Aulina Casym
Yoen Aulina Casym Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Manajemen Rumah Sakit

Dokter, Magister Administrasi Rumah Sakit lulusan FKM UI, Konsultan Manajemen Rumah Sakit, menyukai dunia kepenulisan karena hobby.\r\n\r\n"aku bukan penulis, aku hanya seorang yang suka menyusun kata ke dalam baris"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Melewati Tikungan Bokong Semar Menuju Pantai Klayar

25 Oktober 2015   20:16 Diperbarui: 25 Oktober 2015   22:18 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keindahan pantai-tantai di Pacitan sudah lama aku dengar, salah satunya adalah pantai Klayar yang terletak di desa Kalak, Kecamatanan Donorojo Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Penasaran dengan cerita yang melukiskan betapa mempesonanya pantai ini, pasir putihnya, deburan ombaknya, batu karangnya dan cerita unik air mancur yang keluar dari sela-sela  karang sambil mengeluarkan suara seperti suara seruling, maka pantai ini menjadi daftar wajib yang harus dikunjungi.

Dengan bermobil dari Yogyakarta kami menyusuri rute Wonosari, Pracimantoro, Wonogiri dan akhirnya tiba di Pacitan. Dari Pacitan kami hanya mengikuti rambu-rambu penunjuk arah untuk bisa sampai ke pantai yang bikin penasaran ini, sesekali harus berhenti untuk bertanya karena arah yang ditunjukkan lewat tanda panah agak kurang meyakinkan dan mencemaskan.

Tanda panah menunjuk ke jalan kecil dan rusak, ketika dilalui, jalan tersebut malah membawa kami ke jalan yang berliku, naik-turun bukit seperti menjauh dari tempat tujuan. Lebih dari sejam perjalanan menyusuri jalan “setapak” yang hanya cukup untuk satu mobil, membuat kami deg-degan sepanjang perjalanan, takut berpapasan dengan mobil lain, namun selama perjalanan kejadian yang kami takutkan tidak pernah terjadi, walaupun disatu sisi membuat lega perasaan, disisi lain situasi ini justru kembali mengundang pertanyaan, jangan-jangan  kami salah jalan.

Perjalanan menuju Pantai Klayar aku sebut sebagai perjalanan petualangan yang menegangkankan, jalan sempit, naik turun bukit, turunan curam, tikungan tajam  (aku menyebutnya kalau tikungan tapal kuda, sedangkan orang jawa bilang tikungan bokong semar), semuanya lengkap ada dalam satu rute perjalanan. Kondisi jalan pun bervariasi, dari yang mulus sampai yang cuma dari kerikil-kerikil halus.

Sebagian jalan masih dalam pengerjaan, untuk memudahkan akses ke tujuan wisata ini. Aku melihat bahwa pemerintah dan masyarakat sama-sama berperan aktif dalam membangun pariwisata disana. Jalan alternative menuju pantai Klayar melewati kawasan wisata Sungai Maron, desa Dersono, Kecamatan Pringkuku. Terlihat perahu-perahu kecil yang lancip (kano) tertambat di pinggiran sungai.

Selama perjalanan pandangan kita akan dipuaskan dengan menatap jajaran pohon jati yang tumbuh tersusun rapi, tumpukan batu karang yang disusun untuk seperti jenjang untuk membatasi lahan yang akan ditanami tumbuhan. Beberapa bongkahan batu yang berlubang, gambarannya mirip dengan batu karang, membuatku terus berpikir apakah dulunya kawasan ini adalah juga bagian dari laut purba? Karena di gunung Kidul ada kawasan ekowisata gunung api Purba, Di Sragen, jawa Tengah ada museum yang menyimpan koleksi purba, fosil hewan laut dan sebagainya banyak tersimpan disana.

Setelah melalui jalan penuh belokan-belokan yang menegangkan tapi menimbulkan kesenangan akhirnya kami disambut pemandangan yang langsung saja membuat bibir mengeluarkan seruan WOW dan hati memuliakan keagungan Tuhan. Giiillaaaa….. bagus baaanget.

Kalau anda pengagum keindahan alam, jangan buru-buru untuk langsung turun ke pantai, nikmati dulu pemandangan yang memukau itu dengan santai, dengar deburan ombak ketika ia pecah berderai, suaranya membuai.

Anda akan dibuat semakin terpesona pada keindahan yang disuguhkan, pasir putih terlihat lembut, jejak kaki, sepatu dan roda atv (all terrain vehicle) tertinggal jelas di pasir. Kendaraan mini serupa traktor tersedia untuk membawa kita ke ujung pantai tempat seruling laut dan air mancur. Ongkos sewanya lumayan juga, duapluh lima ribu rupiah perorangnya.

Untuk melihat air mancur yang akan muncul dari celah batu karang kita akan berjalan di atas batu karang yang permukaannya rata, tapi perlu hati-hati, mengingat air laut sering membasahi permukaa batu karang ini, maka karang ditumbuh lumut dan mengakibatkan permukaan jalan menjadi licin. Kita harus pandai-pandai memilih pijakan, jangan sekali-sekali menginjak bagian karang yang berair dan berwarna kecoklatan itu, anda bisa terjatuh seperti yang kualami.

Menunggu air mancur harus sabar karena tidak setiap ombak yang mengenai batu karang membuat air mancur keluar, hanya ombak cukup besar yang sampai ke sela batu karang ini yang akan menyemburkan air ke atas, konon katanya air mancur ini bisa memancar sampai ketinggian 10 meter. Kegiatan menunggu air mancur terpancar ternyata sungguh  mengasyikkan, kamera harus dalam posisi siap selalu kalau tidak mau kehilangan momen berharga itu,pokoknya dijamin seruuuu….

Sebelum anda melihat keindahan dan keunikan ini,silahkan menikmati foto-foto berikut ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun