Mohon tunggu...
Yoen Aulina Casym
Yoen Aulina Casym Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan Manajemen Rumah Sakit

Dokter, Magister Administrasi Rumah Sakit lulusan FKM UI, Konsultan Manajemen Rumah Sakit, menyukai dunia kepenulisan karena hobby.\r\n\r\n"aku bukan penulis, aku hanya seorang yang suka menyusun kata ke dalam baris"

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Masjid Keren di Turen #1

30 Januari 2014   00:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:20 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melukiskan keindahan Pondok Pesantren Salafiyah yang lebih dikenal orang dengan sebutan masjid Tiban di Turen ini perlu berlembar-lembar halaman untuk menampung deretan kata untuk mendeskripsikannya, apalagi kalau disertai foto-foto untuk membuktikannya, dan agar bisa menggambarkan keindahannya secara detail lantai per lantainya rasanya tidak cukup dengan melakukan satu kali kunjungan saja, apalagi kalau kunjungan itu dilakukan pada musim libur dan hari-hari besar, ponpes ini ramai layaknya pasar.

Pondok Pesantren  Bihaaru Bahri ‘Asali Fadlaahlir Rahmah ini terletak di desa Sananrejo, Turen Malang. Masjid yang menurut mitos masyarakat muncul tiba-tiba ditengah lahan kebun yang luas ini, pembangunannya tidak disadari oleh masyarakat sekitar sehingga disebut sebagai masjid tiban, sedangkan menurut keterangan petugas disana masjid ini dibangun oleh para santri yang tinggal disekitar lokasi dan sudah berlangsung puluhan tahun hingga saat ini dan belum selesai seratus persen.

Keheranan masyarakat itu sesungguhnya juga menghinggapiku, rasanya hampir tidak masuk akal, bagaimana mungkin bangunan berlantai sebelas ini pembangunannya bisa tidak diketahui masyarakat sekitar. Apakah mereka tidak melihat truk-truk yang membawa material bahan bangunan hilir mudik disana, mengantar semen, membawa pasir, mengangkut batu-batuan dan juga lift? Sungguh tidak dapat dicerna akal dan seolah tetap menjadi rahasia.

Keheranan demi keheranan terus berdatangan setelah tiga kali berkunjung kesini. Pada kunjungan-kunjungan itu aku hampir tidak melihat kesibukan orang bekerja, hanya sekali aku melihat seorang bapak sedang mencat motif ukiran di bagian pagar masjid yang letaknya tidak dalam bangunan pondok pesantren, tetapi kemajuan pembangunannya terasa.

Pertanyaan dalam kepala aku juga yang menjawabnya “Oh…mungkin hari libur saat masjid ini banyak kedatangan wisatawan, pembangunan dihentikan sementara sehingga pengunjung tidak terganggu. Selain itu para santri yang bekerja bisa beristirahat”, dan sebagian santri dapat melakukan tugas lain misalnya sebagai pemandu wisata

Dalam sekejap rasa heran akan berganti dengan rasa takjub yang diwakili dengan decak kagum, masjid ini benar-benar indah dan megah. Setiap berpindah area kita serasa berpindah ke negeri lain, jadi jangan pernah berfikir akan merasa bosan melihat motif, corak dan ornament yang ada. Kita akan selalu dibuat terkejut. Keterkejutan akan semakin menjadi jika mendengar penjelasan bahwa  bangunan ini dibuat tanpa bantuan konsultan, tanpa arsitek dan interior designer.  Seluruhnya merupakan hasil shalat istikharah Romo Kyai, pendiri pondok pesantren. Beliau sekarang telah meninggal dunia dan peranannya diteruskan oleh Nyai istri Romo Kyai.

“itu makanya ponpes ini lama selesainya. Romo selalu menunggu petunjuk dari Allah yang didapat melalui istikharah”

“seluruh detail bangunan ini beliau yang merancang?” kataku kembali heran. Dan petugas dengan tegas menjawab “ya” Aku spontan menggeleng-gelengkan kepala, sambil berucap “sungguh luar biasa!, subhanallah”

Mari kita menjelajahi bangunan ini.

13910057311821798841
13910057311821798841

Kalau kita mengunjungi lokasi ini dengan kendaraan pribadi, mobil bisa parkir didalam area, lahan parkirnya cukup luas. Kalau mau beristirahat dulu untuk melepas lelah kita bersantai diruang yang terdapat di pekarangan didepan masjid.

13910125771661378957
13910125771661378957

Ruang terbuka ini diperuntukkan untuk para santri melakukan interaksi sosial.

1391006034876027652
1391006034876027652

Dikiri kanan jalan menuju lokasi banyak masyarakat yang membuka warung menjajakan segala keperluan pengunjung. Jalannya tidak terlalu lebar cukup untuk satu mobil begerak leluasa. Kalau pergi bersama rombongan menggunakan bis, bis harus parkir agak jauh dari lokasi dan pengunjung melanjutkan dengan jalan kaki.

Setelah memasuki gerbang, ada bangunan yang berfungsi sebagai loket, petugas akan mengatur lalu lintas kendaraan agar tidak membahayakan pengunjung yang berjalan.

[caption id="attachment_309081" align="alignnone" width="605" caption="loket"]

1391005546893421769
1391005546893421769
[/caption]

Berkunjung ke tempat ini tidak dikenakan biaya masuk, tetapi kita disarankan untuk mendaftarkan nomor kendaraan di loket informasi sebagai pertanda izin masuk. Yang tidak bawa kendaraan bisa langsung menuju tempat yang menarik perhatian untuk dikunjungi lebih dulu.

1391010865343369023
1391010865343369023

1391011043331394879
1391011043331394879

Namun aku sarankan sebaiknya minta bantuan santri untuk menjadi pemandu supaya kita dapat menikmati seluruh keindahan gedung ini dan supaya gak bingung didalam gedung.

Setelah dari loket informasi penjelejahan segera dimulai. Kita akan melewati lorong indah bernuansa keemasan untuk menuju lantai satu. Pengunjung diminta untuk melepas sandal atau sepatu, kita berjalan tanpa alas kaki.

13910064671158132805
13910064671158132805

[caption id="attachment_309087" align="alignnone" width="605" caption="nuansa keemasan"]

13910071201311627381
13910071201311627381
[/caption]
1391007266193213417
1391007266193213417
Kita tak perlu terburu-buru untuk menuju lantai satu, karena keindahan dilorong ini sayang untuk dilewatkan begitu saja.
1391007575789004006
1391007575789004006
1391007693911336522
1391007693911336522
13910081011980166695
13910081011980166695
Setelah puas menikmati detail dinding yang didominasi warna keemasan di lorong ini, perjalanan dilanjutkan menuju ruang akuarium dan ruang lainnya di lantai atas.
13910083871242418113
13910083871242418113
[caption id="attachment_309101" align="alignnone" width="605" caption="ruang belajar santri"]
13910090811370635795
13910090811370635795
[/caption]
1391009221523581800
1391009221523581800
1391009374518459785
1391009374518459785
Karena kesibukan mengagumi segala yang ada di ponpes ini (selanjutnya aku sebut masjid aja ya), aku sudah tak ingat lagi di lantai berapa lokasi-lokasi dalam foto ini berada. [caption id="attachment_309105" align="alignnone" width="605" caption="kamar mandi"]
13910098661893019809
13910098661893019809
[/caption] [caption id="attachment_309115" align="alignnone" width="595" caption="lukisan di ruang keluarga"]
13910115401745810976
13910115401745810976
[/caption] Aku beruntung karena ditemani pemandu yang juga santri disini, aku tinggal ikut kemana dia membawa kami, apalagi orangnya ramah dan sabar menunggu kegiatan jeprat-jepret yang menghabiskan waktu lama, bahkan tanpa diminta dia akan menghidupkan lampu ruangan jika dirasanya cahaya yang kurang akan mengganggu kualitas foto yang dihasilkan, karena memang aku kurang suka menggunakan blitz.
1391012267242028524
1391012267242028524
Perjalanan menjelajahi bangunan dari lantai satu ke bagian teratas bangunan dilanjutkan dengan menapaki anak-anak tangga, meski sebenarnya ada lift yang bisa digunakan dari lantai empat. Semula aku protes karenamerasa akan bakal tidak kuat naik kelantai sebelas dengan berjalan kaki, sudah terbayangkan nafas yang akan terengah-engah dan lutut akan menjerit sakit, tapi pak Kirom pemandu kami meyakinkan bahwa aku pasti bisa dan insya Allah tidak akan merasakan keluhan apa-apa, ya aku percaya saja pada sugestinya. Maka kami terus naik sampai lantai atas dan ajaib gak ada masalah dengan nafas. Alhamdulillah. sebelum cerita dilanjutkan nikmati dulu foto-foto ini Di Pekarangan kompleks
13910139081505826957
13910139081505826957
1391014039298674228
1391014039298674228
1391014311328401871
1391014311328401871
139101443738430759
139101443738430759
13910145501216322721
13910145501216322721
13910147571936803081
13910147571936803081
1391015040570053788
1391015040570053788

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun