Mohon tunggu...
Yoel Sihombing
Yoel Sihombing Mohon Tunggu... Mahasiswa - A Student

Hello, thanks for reading.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Membangun Sebuah Tim yang Kohesif

8 Agustus 2021   21:04 Diperbarui: 8 Agustus 2021   21:16 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tim Yang Kohesif- Sumber: getsling.com

Kekompakan tim adalah derajat yang menunjukkan saling ketertarikan antar anggota kelompok yang membuat mereka semua tetap bersama eksis dalam kelompok yang sama.

Anggota tim yang sangat kompak artinya mereka berkomitmen pada aktivitas tim, menghadiri rapat, dan senang ketika tim berhasil, sedangkan anggota tim yang kurang kompak artinya kurang berkomitmen dalam tim dan kurang memperhatikan kesejahteraan tim.

Kekompakan tim dalam buku yang berjudul The Leadership Experience oleh Richard L. Daft di jelaskan dalam materi kohesifitas tim (team cohesiveness). 

Istilah kohesifitas diilustrasikan seperti lem yang berfungsi untuk merekatkan hubungan antar anggota dalam suatu kelompok (Riggio, 2009).

Kelompok dengan derajat kohesifitas yang tinggi diasumsikan akan memiliki tingkat kepuasan kelompok yang tinggi juga karena mereka memiliki derajat interaksi dan partisipasi yang tinggi.

Faktor Penentu Kohesifitas Tim

Pemimpin dapat menggunakan beberapa karakteristik struktur tim dan konteks untuk mempengaruhi kohesifitas tim, yaitu sebagai berikut:

1. Team Interaction (Interaksi dalam Tim)

Ketika anggota tim memiliki interaksi yang sering, maka mereka mengenal satu sama lain, menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan, dan menjadi lebih berkomitmen pada tim. Para anggota tim juga dapat berinteraksi dengan saling memberikan motivasi atau inspirasi kepada masing-masing rekannya. Dengan interaksi yang baik, saling memotivasi, dan saling menumbuhkan diri, maka setiap anggota dapat merasa percaya diri dan merasa nyaman untuk maju dalam tim.

2. Shared Goals (Tujuan Bersama)

Sebuah tim akan menjadi kohesif ketika semua anggota tim menyepakati tujuan dan arah bersama. Tim yang paling kohesif adalah mereka yang merasa terlibat dan punya rasa memiliki terhadap organisasinya.  

3. Personal Attraction to The Team (ketertarikan Pribadi Terhadap Tim)

Ketertarikan pribadi anggota terhadap tim berarti bahwa para anggota memiliki sikap dan nilai yang sama dan menikmati kebersamaan.

Terdapat juga 2 faktor lain yang mempengaruhi kohesifitas tim, yaitu sebagai berikut:

1. The Presence of Competition (Adanya Persaingan)

Ketika sebuah tim berada dalam persaingan dengan tim lain, maka kekompakan dalam tim nya akan meningkat karena tim yang kohesif selalu berusaha untuk menang.

2. Team Success (Keberhasilan Tim)

Adanya keberhasilan dan evaluasi tim yang baik oleh pihak luar akan menambah kohesifitas dan kekompakan tim. 

Ketika sebuah tim berhasil dalam tugasnya dan ketika orang lain dalam organisasi mengakui keberhasilan tersebut, maka anggota tim akan merasa senang, dan komitmen mereka dalam tim akan semakin meningkat.

Konsekuensi dari Kohesifitas Tim

Hasil dari kohesifitas tim dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu moral dan performa/kinerja.

Moral tentu saja menjadi lebih tinggi derajatnya daripada performa/kinerja yang baik dalam tim yang kohesif karena. Hal ini karena moral berhubungan dengan peningkatan komunikasi di antara anggota, iklim tim yang ramah, pemeliharaan keanggotaan, komitmen terhadap tim, loyalitas, dan partisipasi anggota.

Sehubungan dengan performa/kinerja, penelitian menunjukkan bahwa tim yang anggotanya berbagi perasaan emosional yang kuat dan berinteraksi dengan anggota lain umumnya cenderung berkinerja lebih baik.

Lingkungan tim yang ramah dan positif berkontribusi tinggi pada kinerja dan produktivitas serta kepuasan anggota di organisasi lain juga. Tim yang kohesif terkadang dapat melepaskan sejumlah besar energi dan kreativitas karyawan. Salah satu penjelasan untuk ini adalah temuan penelitian yang menghubungkan interaksi langsung antara karyawan dengan produktivitas yang lebih tinggi.

Ternyata cukup dengan berinteraksi dengan orang lain akan memberikan efek energi.

Namun, kekompakan juga dapat menurunkan kinerja dalam beberapa kasus. Salah satu hal yang menjadi perhatian khusus adalah groupthink atau pemikiran kelompok yang mengacu pada kecenderungan orang-orang dalam kelompok yang kohesif untuk menekan pendapat yang bertentangan.

Penelitian selanjutnya juga menunjukkan bahwa kinerja dalam tim yang kohesif bergantung pada hubungan antara pemimpin dan tim kerja.

Satu studi mensurvei lebih dari 200 tim kerja dan menghubungkan kinerja pekerjaan dengan kekompakan mereka. hasilnya menunjukkan bahwa tim yang sangat kohesif lebih produktif ketika anggota tim merasakan dukungan pemimpin puncak dan menjadi kurang produktif ketika mereka merasakan permusuhan dan negativisme dari sang pemimpin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun