Hai, sobat kompasiana. Mungkin beberapa kalian penasaran dengan nama kelomang strawberry. Ternyata, kelomang strawberry(Coenobitaperlatus) berada dalam satu marga yang sama dengan kelomang-kelomang yang umum dijual sebagai hewan peliharaan, lho!Â
Kelomang strawberry (Coenobitaperlatus) berada dalam satu marga yang sama dengan kelomang-kelomang yang umum dijual sebagai hewan peliharaan.Â
Meski relatif jarang ditemukan di pusat-pusat perdagangan hewan peliharaan, peminat kelomang strawberry cukup banyak, terutama di kalangan hobis yang sudah berpengalaman dalam memelihara kelomang.Â
Daya tarik utama dari jenis ini adalah tubuh yang pada umumnya berwarna merah mencolok dengan bintik-bintik berwarna putih, layaknya kulit buah stroberi.
Persebaran kelomang strawberry terbatas pada daerah tropis dan subtropis. Daerah distribusi alami jenis kelomang ini mencakup beberapa kepulauan di wilayah Indo-Pasifik bagian barat, termasuk kepulauan Indonesia.Â
Kelomang strawberry juga dapat ditemukan di beberapa daerah di Benua Afrika, Asia, dan Australia. Jenis kelomang ini umum ditemukan di daerah pantai dan cenderung lebih aktif di malam hari untuk mencari makanan berupa biji-bijian, buah-buahan, atau sisa-sisa materi organik. Hal menarik dari kelomang strawberry adalah, meski berkerabat dekat dengan kepiting, organ pernapasan kelomang ini dapat menyerap oksigen yang terdapat di udara bebas secara efektif.Â
Sebaliknya, organ respirasi tersebut justru kurang efektif dalam menyerap oksigen yang terlarut dalam air, sehingga kelomang strawberry akan mati apabila seluruh tubuhnya terendam air secara terus-menerus. Larva kelomang strawberry hidup dalam air, namun kemampuan bertahan hidup dalam lingkungan akuatik ini akan berkurang seiring dengan perkembangan larva.
Seperti jenis-jenis kelomang lainnya, kelomang strawberry memerlukan cangkang siput laut untuk melindungi bagian tubuhnya yang lunak. Apabila ukuran tubuh kelomang bertambah, kelomang akan berpindah dari cangkang yang digunakan ke cangkang lain yang lebih besar.Â
Pindahnya kelomang dari satu cangkang ke cangkang lain tidak hanya dipengaruhi oleh ukuran cangkang, tetapi juga bentuk cangkang. Ketika menemukan cangkang-cangkang dengan bentuk yang bervariasi, kelomang strawberry dapat memilih cangkang yang bentuknya dianggap paling dapat memberi perlindungan dari ancaman pemangsa maupun cuaca ekstrim. Perilaku unik inilah yang menyebabkan kelomang strawberry sering dianggap sebagai peliharaan eksotis.
Pemeliharaan kelomang strawberry sering dianggap mudah, meski pada kenyataannya justru cenderung rumit. Tidak banyak yang memahami kebutuhan kelomang strawberry akan air laut untuk bertahan hidup. Jenis pakan yang umum diberikan, seperti misalnya mentimun, juga bukan merupakan jenis makanan yang dikonsumsi kelomang di alam.Â
Pemahaman terkait tipe cangkang yang sesuai bagi kelomang dan pola pertumbuhan kelomang juga masih sangat minim di kalangan masyarakat luas. Kendala-kendala ini mengakibatkan masa hidup kelomang strawberry di habitat buatan umumnya lebih rendah dari masa hidup di alam.Â
Hal ini, dapat menyebabkan eksploitasi terhadap populasi di alam mengingat kelomang strawberry belum dapat dibudidayakan. Oleh sebab itulah, pemahaman yang benar terkait pemeliharaan kelomang ini perlu disampaikan kepada masyarakat dan upaya konservasi yang efektif perlu diterapkan.
Demikianlah informasi yang dapat kami sampaikan mengenai kelomang strawberry. Semoga bermanfaat ya, sobat kompasiana! :)
Referensi:
Farrelly, C.A. & P. Greenaway. 2005. The morphology and vasculature of the respiratory organs of terrestrial hermit crabs (Coenobita and Birgus): gills, branchiostegal lungs, and abdominal lungs. ArthropodStructure&Development 34(1): 63-87
Greenaway, P. 2003. Terrestrial adaptations in the Anomura (Crustacea: Decapoda). MemoirsofMuseumVictoria 60(1): 13-26
Haig, J. & E.E. Ball. 1988. Hermit crabs from north Australian and eastern Indonesian waters (Crustacea Decapoda: Anomura: Paguroidea) collected during the 1975 Alpha Helix Expedition. RecordsoftheAustralianMuseum 40(3): 151-196
Poupin, J. & M. Juncker. 2010. A Guide to the Decapod Crustaceans of the South Pacific. Secretariat of the Pacific Community, Noumea: 318 hlm.
Wang, F.L., H.L. Hsieh, & C.P. Chen. 2007. Larval growth of the coconut crab Birguslatro with a discussion on the development mode of terrestrial hermit crabs. JournalofCrustaceanBiology 27(4): 616-625
Willason, S.W. & H.M. Page. 1983. Patterns of shell resource utilization by terrestrial hermit crabs at Enewetak Atoll, Marshall Islands. PacificScience 37(2): 157-164
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H