Mohon tunggu...
Yuliana Wijaya
Yuliana Wijaya Mohon Tunggu... -

"I am what I am today because of the choices I made yesterday"

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Sensasi Rumah Tahanan

25 Maret 2013   07:46 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:16 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bermula dari kebutuhan perut dan tanpa direncanakan mau apa dan dimana. Menyusuri jalan, lihat ke kiri dan ke kanan. Tampak sebuah spanduk dengan tulisan menggunakan kosa kata bahasa khek bila saya tidak salah. Beberapa kata saya mengerti, beberapa tidak. Dengan modal merasa isi spanduk lucu ditambah bumbu penasaran, maka saya menyarankan teman makan di tempat itu saja

Se kiak artinya bocah. Mo yong, tak guna. Mei kuan sih, tidak masalah. Mo li jiu, tidak masuk akal. Bo tahan, tidak tahan. Sao het, terbakar habis. Lihai, dahsyat. Sen cin ping, gila. Bo huat, tak berdaya. Auban, keras kepala. Amsyong, babak belur. ^__^ Sebelum melangkah masuk ada pintu seperti jeruji. Kemudian disambut pramusaji dengan seragam garis hitam putih bak narapidana. Ya, konsep restaurant ini penjara. Dinding dengan desain kota tua serta batu bata berwarna abu-abu dibubuhi beberapa tulisan layaknya penjara. “The happiest prisoner on earth,” salah satunya. Bisa jadi ini kutipan yang menjadi tagline restaurant ini. Memang saya akui pelayanan yang diberikan baik dan memuaskan. Bukan sembarang penjara! =) Menu Bong Kopitown ini disajikan seperti dan terbuat dari bahan koran, dengan judul “Old Town Post.” Selain tampilan menu makanan dan minuman, ada juga kisah-kisah fiksi di dalamnya. Karena unik, proses memesan makanan pun agak lama. Tamu seolah digiring untuk memperhatikan isi menu. Dan akhirnya saya baru sadar bahwa ini adalah restaurant milik motivator muda ternama di Indonesia yaitu Bong Chandra. Saat minuman diantarkan ke meja, saya cukup antusias. Mengapa? Bukan karena sedang dahaga, tetapi minuman yang saya pesan disajikan dalam gelas stainless yang digunakan orang-orang zaman dulu. Selain itu menu pesanan teman saya pun disajikan dalam piring stainless. [caption id="" align="aligncenter" width="200" caption="Teh dan asapnya"]

[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="240" caption="Deborah bersama nasi penjara"]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="200" caption="Grandma Chicken Pitan Porridge "]
[/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="150" caption="Siomay"]
[/caption] Seusai makan, tagihan kami pun diberikan dalam bill coveryang begitu sederhana. Terbuat dari semacam kertas karton. Harga menu restaurant ini terjangkau, berkisar antara ribuan hingga empat puluh ribuan. Namun untuk rasa, bagi saya standard sekali. Siomaynya kurang enak. Sayang sekali suasana dan pelayanan sudah mendukung, ditambah dengan perkakas makan yang unik namun rasanya kurang memuaskan. Alangkah baiknya apabila suasana, pelayanan dan rasa terpaket menjadi satu pengalaman yang sempurna. -YoeL-

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun