Kita Bahagia, Orang Lain pun BahagiaÂ
oleh Yodi Kurniadi
Â
 Kata kunci: Berbagi, Memberi, Menyantuni
Pandemi Covid-19 telah berdampak signifikan pada semua aspek kehidupan. Covid-19 selain menimbulkan korban jiwa, juga berdampak pada kelesuan ekonomi Indonesia, salah satunya daya beli masyarakat menurun drastis.Â
Presiden Joko Widodo pernah mengingatkan kepala daerah dan satuan tugas Covid-19 di daerah untuk berhati-hati mengatur gas dan rem dalam menangani pandemi Covid-19. Kesehatan dan ekonomi sangat penting. Keduanya harus berjalan berdampingan. Indonesia harus sehat dan pulih dari pandemi Covid-19 serta bangkit dari kelesuan ekonomi.Â
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil pernah menyarankan agar masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah ke atas meningkatkan daya belinya untuk membantu menggerakkan roda ekonomi nasional supaya kembali normal. "Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tetapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!" Begitulah kira-kira ungkapan yang tepat untuk memotivasi kita saat ini untuk berkontribusi positif bagi negara.
Pada masa pandemi Covid-19, kita harus bahu-membahu bergotong royong mendukung dan membantu pemerintah bangkit dari kelesuan ekonomi. Pemerintah tentunya telah memberikan berbagai jenis bantuan kepada masyarakat terdampak Covid-19 dengan segala kekurangan dan kelebihannya.Â
Namun, kita juga katakanlah yang 'mampu' dari segi ekonomi dan demi nasionalisme harus peka dan memiliki sense of crisis di tengah pandemi ini. Kita jangan hanya ingin diberi, apalagi jika kita mampu. Berusahalah untuk memberi atau berbagi kebahagiaan dengan orang lain. Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Memberi lebih baik daripada menerima.Â
Sikap berbagi, memberi, dan menyantuni orang yang membutuhkan merupakan bentuk pengamalan sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sikap ini merupakan karakter asli dan kepribadian bangsa Indonesia yang selalu dilakukan oleh nenek moyang bangsa Indonesia.Â
Dulu mereka selalu bergotong royong dan tolong-menolong dalam menyelesaikan permasalahan atau mengerjakan suatu pekerjaan. Warisan sikap ini harus kita lestarikan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, kita harus menyebarkan virus kebahagiaan. Menurut KBBI online, berbagi adalah membagi sesuatu bersama, sedangkan kebahagiaan adalah kesenangan dan ketenteraman hidup (lahir batin). Menurut Seligman (2002), kebahagiaan adalah keadaan psikologis yang positif di mana seseorang memiliki emosi positif berupa kepuasan hidup dan juga pikiran dan perasaan yang positif terhadap kehidupan yang dijalaninya.Â
Seligman juga menyatakan dalam bukunya Authentic Happiness, bahwa kebahagiaan sesungguhnya adalah suatu hasil penilaian dan kegembiraan yang meluap-luap maupun aktivitas yang positif yang tidak memenuhi komponen emosi apa pun. Kepuasan hidup yang biasanya disebut dengan kebahagiaan, timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan, yang merupakan penyebab atau sarana untuk menikmati, seperti yang dijelaskan oleh Alston dan Dudley (dalam Hurlock, 2004).Â
Kepuasaan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya yang disertai tingkat kegembiraan. Jadi, berbagi kebahagiaan adalah berbagi dan memberi sesuatu (bisa berupa pemenuhan kebutuhan hidup, bantuan, dll.) kepada orang lain supaya mereka merasakan kesenangan/kebahagiaan/ketenteraman hidup; atau bisa juga menyantuni orang yang membutuhkan bantuan atau pertolongan untuk meringankan beban hidupnya.
Berbagi kebahagiaan itu sangat mudah. Kita dapat memulainya dari hal yang sederhana, seperti belanja online. Selain membantu menggerakkan roda ekonomi nasional, juga dapat berbagi kebahagiaan.Â
Belanja online melibatkan banyak pihak mulai dari pemesan/pembeli barang, pelaku usaha (penyedia barang seperti toko, UMKM, dll.), penyedia aplikasi/platform belanja online, pelaku usaha jasa pengiriman barang, dan kurir.
Kita misalnya membeli produk lokal UMKM. Kita, dalam hal ini pemesan/pembeli barang berbahagia karena kita tidak perlu repot datang ke toko. Kita cukup memesan barang sesuai keinginan dan selera. Kita tinggal menunggu kurir mengantarkan barang yang dipesan. Kebahagiaan akan bertambah jika barang pesanan tersebut berkualitas sesuai dengan gambar yang diiklankan.Â
Pelaku usaha (misalnya toko, UMKM, dll.) berbahagia karena produknya dibeli dan mendapat keuntungan. Penyedia aplikasi/platform belanja online berbahagia karena platform atau aplikasi belanjanya banyak diunduh dan digunakan konsumen sehingga mendapat keuntungan.Â
Begitu juga, pelaku usaha jasa pengiriman barang berbahagia karena jasanya dipercayai dan dipakai konsumen sehingga mendapat keuntungan. Selain itu, kurir (pengantar barang) berbahagia karena dapat mengantarkan barang sampai tujuan dengan lancar, apalagi diberi ucapan terima kasih oleh konsumen.
Kita dapat berbagi, memberi, dan menyantuni baik secara langsung maupun tidak langsung. Berbagi dan memberi secara langsung dapat dilakukan dengan suadara, keluarga, kerabat, atau tetangga yang rumahnya berdekatan atau tidak terlalu jauh.Â
Sementara itu, berbagi dan memberi secara tidak langsung dapat dilakukan dengan keluarga, kerabat, tetangga, dan orang yang tidak mampu atau membutuhkan bantuan yang rumahnya sangat jauh melalui jasa pengiriman barang, misalnya JNE, tentunya dengan segala kelebihan dan kekurangannya.Â
JNE singkatan dari Jalur Nugraha Ekakurir dengan nama resminya PT Tiki Jalur Nugraha Ekakurir. JNE didirikan pada 26 November 1990 oleh Soeprapto Suparno bersama Johari Zein. JNE lebih berfokus pada pengiriman barang retail (satuan) tanpa ada batasan minimum.
Pandemi Covid-19 dan jarak wilayah jangan dijadikan hambatan untuk berbagi, memberi, dan menyantuni. Sekarang zaman digital, segala sesuatu serba praktis. Jarak antar satu wilayah ke wilayah lainnya bisa dijangkau dengan cepat. Dalam rangka JNE 3 Dekade Bahagia Bersama, kita dan JNE dapat mewujudkan kebahagiaan bersama.Â
Kita dapat berbagi, memberi, dan menyantuni keluarga, kerabat, tetangga, hingga orang yang tidak mampu dalam bentuk apa pun, yang penting bermanfaat, dilakukan dengan ikhlas, dan disesuaikan dengan kemampuan.Â
Menurut penulis, kebahagiaan sejati adalah ketika kita bahagia atau ada kepuasan batin ketika berbagi, memberi, dan menyantuni orang yang membutuhkan pertolongan, dan orang yang ditolong tersebut bahagia karena beban hidupnya sedikit berkurang atau menjadi ringan. Oleh karena itu, mulailah berbagi dan memberi dari sekarang. Kita bahagia, orang lain pun bahagia.
#jne #jne30tahun #connectinghappiness #30tahunbahagiabersama
     Â
Daftar Pustaka
Hurlock, E.B. 2002. Psikologi Perkembangan. 5th edition. Erlanga: Jakarta.
Seligman, M. 2002. Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology to Realize Your Potential for Lasting Fulfill-Ment. New York: Free Press.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H