Â
Akan tetapi adil untuk mengatakan bahwa Marxis kontemporer akan menghadapi tantangan yang lebih besar daripada yang dihadapi oleh para pendahulu mereka. Untuk dewasa ini, mereka akan dihadang dengan membeka atau menerangkan perbuatan yang dilakukan atas nama Marxisme: Teror Besar dari pembersihan Stalin, kebrutalan Revolusi Kebudayaan Mao, dan Ladang Pembunuhan Pol Pot. Sekarang tidak adanya revolusi Marxis yang sukses dan berkelanjutan dan kehadiran kapitalisme yang berkelanjutan harus dijelaskan. Jadi pengumuman kematian Marxisme mungkin terlalu dini. Sejarah mungkin tidak membenarkan Marx, tetapi juga belum menyangkal dengan jelas. Poin yang dibuat di sini bukanlah bahwa Marx benar dan bahwa Marxisme benar, tetapi bahwa Marxisme tetap signifikan secara politik dan sebagai sumber ide. Marxisme, seperti yang telah dicatat, memiliki tantangan-tantangan tersendiri yang harus dihadapi, tetapi juga masih merupakan salah satu tantangan besar bagi kapitalisme dan ide-ide liberal dan akan terus melakukannya untuk beberapa waktu yang akan datang.
Â
Terakhir, dalam buku Terry Eagleton yaitu Why Marx Was Right menjelaskan bahwa Marxisme telah usai akan menjadi panorama ditelinga kaum Marxis dimana-mana. Mereka dapat berkemas dalam pawai dan piket mereka, sehingga kembali ke dalam pangkuan keluarha mereka yang berduka dan menikmati malam dirumah alih-alih pertemuan komite yang membosankan lainnya. Hal ini menunjukan bahwa dalam artian Marxis tidak menginginkan apa pun selain berhenti menjadi Marxis, dalam hal ini pun demikian, didalam buku itu juga dijelaskan bahwa "menjadi seorang Marxis tidak seperti menjadi seorang Buddhis atau miliarder, Ini lebih seperti menjadi petugas medis. Petugas medis adalah makhluk sesat dan menggagalkan diri sendiri yang melakukan pekerjaan sendiri dengan menyembuhkan pasien yang kemudian tidak lagi membutuhkannya. Tugas radikal politik, demikian pula, adalah untuk mencapai titik di mana mereka tidak lagi diperlukan karena tujuan mereka akan tercapai. Mereka kemudian akan bebas untuk membungkuk, membakar poster Guevara mereka, mengambil cello yang telah lama diabaikan itu lagi dan berbicara tentang sesuatu yang lebih menarik daripada mode produksi Asia".[8]
Â
Dalam hal ini, menjelaskan bahwa Marxisme dimaksudkan untuk menjadi urusan sementara yang begitu ciamik dan ketat, itulah sebabnya siapa oun yang menginvestasikan seluruh identitas mereka didalamnya tentu akan melewatkan pijakan intinya. Bahwa ada kehidupan setelah Marxisme adalah inti dari Marxisme, sekarang, hanya ada satu problem dengan satu visi yang memikat ini, yaitu bahwa Marxisme adalah kritik terhadap kapitalisme ---kritik yang paling mencari, ketat, dan komprehensif dari jenisnya yang pernah diluncurkan. Ini juga satu-satunya kritik yang telah mengubah sektor-sektor besar di dunia. Maka, selama kapitalisme masih dalam bisnis, Marxisme juga harus demikian.
Â
Â
Daftar Pustaka
Â
Anthony Giddens. The Consequences of Modernity. Cambridge: Polity Press, (1990).