Mohon tunggu...
Yoana ZS
Yoana ZS Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

Aspiring Diplomat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Yang Tak Tersampaikan

21 November 2023   16:43 Diperbarui: 21 November 2023   16:47 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekolah, Jakarta. Secha, sebagai murid baru di salah satu SMA, datang sangat pagi untuk melakukan kewajibannya melaksanakan MPLS. Dengan situasi yg masih sepi, perempuan ini yang berambut sepinggang merapikan rambutnya sambil menunggu waktu dimulai. Bel pun berbunyi, tanda murid-murid harus berbaris untuk mendapatkan kelompok masing-masing. Tak berselang lama, Secha mendapatkan kelompoknya yg dinamai Hasanuddin dengan satu kakak kelas sebagai pembimbing, namanya Kak Aji.

Hari pertama, mereka mulai percakapan untuk mencari teman. Hari kedua, melakukan hal menyenangkan saat MPLS. Hari ketiga, sebagai hari terakhir. Seluruh murid baru diharapkan bisa menulis kesan dan pesan untuk para pembimbingnya.

Dengan senang hati, Secha dan temannya menulis bersama.

Dalam hati Secha, momen ini adalah yang ditunggunya untuk menyampaikan kekagumannya kepada kakak pembimbingnya, Aji. Di suratnya tertulis "Hai, Kak Aji! Aku mau berterima kasih buat 3 harinya dalam membimbing kelompok Hasanuddin. Kelompok kita paling keren soalnya yang bimbing Kak Aji, hehe. Aku sama temen temen, seneng banget bisa ketemu kakak-kakak baik disini, apalagi Kak Aji. Aku kira bakal galak, ternyata ramah sekali ya orangnya. Ini, ada sedikit hadiah dari aku supaya Kak Aji tambah semangat. Semoga Kakak suka, see you, Kak!"

Hari demi hari di sekolah baru, Secha makin banyak dapat teman baru. Tapi, Ia semakin sulit juga menemukan Kak Aji di sekolah, karena kata beberapa temannya memang Kak Aji sibuk di kelas ataupun organisasinya. Tak heran, Kak Aji memang ambisius orangnya, saat pertama kenal pun, Secha dan temannya memikirkan hal yang sama. Jika ditanya, kenapa Secha sibuk mencari keberadaan Kak Aji. Jawabannya, karena Ia menyukainya. Secha mengagumi pribadi Kak Aji sebagai pembimbing dengan sifat dan sikapnya yang lembut tapi tegas. Kak Aji memberikan pengetahuannya kepada Secha saat MPLS, saat itu juga Secha sangat terpana ketika Kak Aji menjelaskannya. Menurutnya, Kak Aji manis, dengan senyum giginya, Kak Aji sangat manis.

Dicari punya cari, Ia bingung kenapa tidak menemukannya juga. Namun, Secha tidak menyerah. Ia mencari-cari keberadaan Kak Aji di sekolah, melalui informasi dari temannya, atau pun Ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Tak terduga, ternyata Kak Aji pergi ke luar kota untuk mengikuti lomba debat Bahasa Inggris. Bagaimana bisa Secha tidak semakin jatuh pada Kak Aji? Lelaki ramah yang banyak prestasi.

Selama setahun menjadi anak kelas 10 di SMA, Secha tak pernah punya kepercayaan diri untuk menyatakan perasaan cintanya kepada Kak Aji. Ia hanya berani mencuri pandang bahkan tanpa menyapa. Dan semua itu, dilakukan tanpa sepengetahuan Kak Aji. Sama sekali, tidak tahu.

Pergantian kelas pun tiba, akhirnya Secha menjadi anak kelas 11 dengan Kak Aji yang juga naik kelas, sangat memungkinkan bila mereka tidak akan berpapasan lagi. Karena seperti yang kita tau, kelas 12 pasti sibuk, kan? Secha semakin galau saat mengetahui bahwa tak lama lagi Kak Aji akan lulus, dan tidak bertemu lagi. Untuk mencegah rasa penyesalannya, dengan ego tinggi yang diturunkan. Secha memberanikan diri memulai percakapan di whatsapp dengan Kak Aji. Bermodal bilang "Hai, Kak Aji. Apa kabar?" dibalas baik oleh lawan bicaranya "Halo, Secha. Kabarnya baik banget, nih. Kamu sendiri gimana?" perasaan senang saat pesannya dibalas, Secha lantas membalas kembali "Aku baik juga. Aku mau nanya dong, tentang osis. Boleh?"

Mungkin tergambar basa-basi yang diciptakan Secha untuk membuang perasaan rindunya kepada Kak Aji.

Setelah percakapan itu, Secha semakin berani untuk berkomentar di postingan sosial media milik Kak Aji. "Duh, keren banget. Gimana ga makin naksir.." gumamnya saat memandangi foto seseorang yang dikagumi.

Lama dan sekian lamanya, Secha dan Kak Aji akhirnya bisa bercengkerama di sekolah, saling menyapa, dan tertawa bersama, tak jarang juga mereka bertukar cerita. Secha bangga dengan pergerakannya. Dengan senyum simpul, Ia merasa nyaman saat dekat dengan Kak Aji, perasaannya hangat dan gembira. Tak ada lagi kerisauan yang dirasakan kala itu.

Hanya sampai disitu keberanian yang dimiliki Secha untuk mendekati Kak Aji. Tak pernah ada langkah selanjutnya, karena yang di benaknya selalu berkata "Kayaknya lebih baik kayak gini, kalo aku ngelunjak nanti yang ada dia risih, kan makin jauh".

Tiba saat waktu ujian yang menggebu-gebu menghampiri Kak Aji, Secha tetap tidak pernah menyatakan cintanya. Hal ini sangat disayangkan, namun untung saja Secha menghadiri acara kelulusan Kak Aji. Mereka masih bertemu, masih sempat untuk foto bersama, berdua, hanya Kak Aji dan Secha. Di wajahnya terukir sangat nyata kebahagiaan bagi Secha, namun juga sedih karena akan ditinggal oleh orang yang Ia sayang.

Hingga, setelah hari kelulusan itu. Kak Aji benar-benar tidak pernah bertemu lagi dengan Secha. Mereka hanya berinteraksi lewat sosial media, yang dimana mereka berdua sudah jarang berkomunikasi. Sampai, mereka jadi asing. Secha tidak pernah menyatakan perasaan betapa besar cintanya dan Kak Aji yang tidak pernah tahu tentang seseorang yang menyimpan cinta begitu besar untuknya.

Kini, keduanya hanyalah orang asing. Di pikiran Secha, masih sangat teringat banyak kenangan indah yang Ia lalui bersama Kak Aji. Dengan doa darinya yang masih selalu menyertai, bersemogakan dapat didekatkan kembali.

Kak Aji, nama dan pribadinya yang indah, akan selalu menjadi alasan Secha untuk tersenyum ikhlas. Di lain waktu, disemogakan untuk bersemi kembali. "Aku masih disini, dengan perasaan yang selalu sama, mendoakanmu menjadi orang hebat. Yang 'ku rindu, semoga damai hidupmu. Terima kasih atas semua kata dan waktu yang pernah kau lontarkan kepadaku. Cintaku tidak berhenti" ucap Secha. 

Ratusan, ribuan, bahkan jutaan kata, yang tak pernah bisa tersampaikan. Kelak akan menjadi ucapan indah yang bisa kau dengar sehari-hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun