Mohon tunggu...
Yoakim ZordanHalawa
Yoakim ZordanHalawa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

lebih tertarik dalam bidang tarik suara, penulisan, dan jalan-jalan. menjadi dewasa merupakan masa masa dimana perjalanan kehidupan yang sebenarnya mulai terasa karena segalanya ditanggung sendiri tanpa mengandalkan bantuan orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pemerataan Pendidikan sebagai Gerbang Awal Merdeka Belajar

15 Mei 2022   19:57 Diperbarui: 16 Mei 2022   10:41 1045
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam meningkatkan pemerataan pendidikan di Indonesia ini, perlu kita ketahui bersama permasalahan pendidikan di Indonesia pada umumnya ialah keterbatasan jumlah guru terampil, sarana dan prasarana yang tidak memadai, minimnya bahan pembelajaran seperti buku bacaan, mahalnya biaya pendidikan, mutu pendidikan yang rendah, dan banyak lagi lainnya.

Banyak upaya yang sudah dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi hal itu, namun saat ini masih belum bisa dikatakan berhasil karena beberapa diantaranya masih belum tersentuh dan terealisasi, seperti keterbatasan jumlah guru di setiap sekolah, sarana prasarana yang tidak memadai dan sebagainya. Untuk menindak lanjuti hal itu, pemerintah sudah banyak berusaha memberikan beberapa upaya yang mampu mengangkat kualitas dan mutu pendidikannya seperti menyediakan sekolah gratis mulai dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), membangun serta menyediakan sarana dan prasarana yang memadai termasuk sarana olahraga untuk setiap sekolah baik yang ada di perkotaan maupun pedesaan sesuai kebutuhannya, memberikan beasiswa kepada siswa yang berprestasi dan/atau dari keluarga yang tidak mampu, serta subsidi biaya pendidikan bagi sekolah yang diprioritaskan pada daerah-daerah yang kemampuan ekonominya lemah. Namun, dengan tersedianya itu semua tanpa tenaga pendidik yang cukup memadai dalam melaksanakannya apakah efektif? Tentu jawabannya tidak.

Hal ini diperkuat dari testimoni mahasiswa yang sudah terjun ke setiap instansi pendidikan saat ini. Contohnya menurut tim Kampus Mengajar yang saat ini ditugaskan di SD Negeri Ketawang, menyatakan bahwa adanya kekurangan guru di sekolah dikarenakan sekolah tidak diberi wewenang dalam melakukan pengangkatan guru honor. Hal ini dikarenakan saat ini sedang berlangsung juga program Pegawai Pemerintah Perjanjian Kerja (PPPK) di mana penerimaan seleksi program tersebut digolongkan berdasarkan gelombang dan tentunya hal ini juga menggangu aktivitas di sekolah apabila pemerintah setempat tidak cepat dalam menanganinya.

Dalam menanggapi hal tersebut, pemerintah memberikan salah satu wujud kepedulian pada bangsa dengan menerjunkan mahasiswa untuk mendampingi dan mengumpulkan berbagai data yang dapat digunakan untuk menunjang pendidikan di setiap daerah lebih-lebih mereka yang ada di berbagai pelosok tanah air.

Hadirnya program Kampus Mengajar ini diharapkan agar mahasiswa dapat membantu tenaga pendidik dalam meningkatkan meningkatkan Literasi dan Numerasi siswa di mana mereka yang masih belum bisa membaca, menulis, serta berhitung, lebih-lebih bagi mereka yang masih terbatas akan penalaran sesuatu. Di sekolah penempatan saya saat ini, masih saja ada siswa yang masih belum bisa membaca padahal siswa tersebut sudah kelas 3 dan juga ada siswa yang harusnya sudah lulus namun karena selalu tinggal kelas karena tidak bisa membaca dan hingga saat ini siswa tersebut masih duduk di kelas 3. Kasus yang sama juga terdapat di kelas 5. Di mana siswa tersebut juga seharusnya sudah lulus, namun karena dari segi literasinya masih belum bisa dikatakan baik, sehingga siswa tersebut masih duduk di kelas 5. Anak ini dari segi membaca dan menulis lancar tetapi dalam memahami maksud dari setiap pelajaran masih kurang. Oleh karena itu mahasiswa berperan untuk mendampingi mereka satu persatu serta memperkenalkan program-program nasional yang telah dirancang oleh pemerintah. Selain itu, untuk meningkatkan mutu pendidikan dan menciptakan guru yang terampil, mahasiswa juga berperan dalam mendampingi, khususnya bagi mereka yang belum mengetahui sistem pendidikan terbaru yang diluncurkan oleh pemerintah, seperti Kurikulum Merdeka, pengenalan aplikasi media belajar, dan penerapan adaptasi teknologi yang semakin canggih.

Dokpri
Dokpri

Mengapa perlu dilaksanakan pemerataan pendidikan? Karena anak anak regenerasi penerus bangsa harus dipersiapkan dan dibentuk sebaik mungkin agar siap dalam menghadapi setiap tantangan yang akan datang dalam hidupnya, lebih-lebih melawan pemikiran yang pasif dan miskin inovasi. Kedepannya ini pemerintah menginginkan generasi yang siap pakai dalam segala aspek lebih lebih pada persaingan yang akan semakin ketat ke depan. Seperti yang telah disampaikan oleh Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim “Indonesia membutuhkan generasi penerus bangsa yang memiliki kemampuan dan pengetahuan kelas dunia yang mahir dalam memanfaatkan dan mengembangkan teknologi dan tetap mengamalkan nilai-nilai Pancasila untuk mengungguli kemajuan negara-negara di dunia”.

Melihat pentingnya transformasi digital dan peningkatan pemerataan pendidikan di Indonesia maka pemerintah melakukan berbagai macam tindakan yang dapat membantu pemulihan pemerataan pendidilan bangsa. Namun pada kenyataannya, hingga saat ini progarm tersebut masih banyak belum terealisasi. Banyak bukti nyata yang ditemukan oleh mahasiswa di lokasi, di mana terdapat sekolah memiliki guru olahraga yang memang ahli dan berlatar belakang pendidikan olah raga, namun fasilitas sarana dan prasarana olahraga tidak lengkap dan memadai sehingga siswa hanya paham akan teorinya, namun dari segi praktek hasilnya nihil. Hal ini terjadi dikarenakan pemerataan pemberian fasilitas sarana dan prasarana dari pemerintah masih belum merata. Dampaknya sangat berakibat fatal juga dalam kelancaran proses belajar siswa karena selalu belajar teori tidak disertai dengan praktek yang cukup akibat kurangnya fasilitas yang mendukung kegiatan praktek tersebut.

Jika berbicara tentang pemerataan, tentunya segala sesuatu yang diberikan oleh pemerintah dalam memberikan fasilitas bagi sekolah misalnya pembagunan laboratorium komputer, pegiriman buku bacaa, pembangunan gedung baru/renovasi, harusnya dilakukan secara merata dan menyeluruh pada sekolah sekolah yang mana sekolah tersebut diketahui membutuhkan bantuan pemerintah. Namun saat ini belum ada titik terang atas respon pemerintah. Jika pemerinyah selalu memprioritaskan pendidikan di kota, maka bagaimana nasib pendidikan di desa yang menginginkan pendidikan layaknya bseperti anak kota.

Jika pemerataan ini dilakukan secara cepat, benar, dan tepat pada sasarannya, literasi siswa akan lebih terbuka lebar, dimana mereka yang tinggal didesa yang tidak mengenal apa itu teknologi seperti komputer, laptop dan sebagainya, siswa pasti akan dengan banga dan semangat untuk belajar dan mengenal lebih luas tentang teknologi. Di daerah ini siswa rata rata tidak mengenal komputer meski ada beberapa yang tau karena saudaranya ada yang kuliah dan memang dikatakan mampu. Lalu bagaimana mereka yang dari keluarga tidak mampu? Tentunya mereka membutuhkan uluran bantuan untuk di perkenalkan pada kemajuan teknologi sekarang ini.

Berbicara sarana dan prasarana sekolah tentunya juga masih sama kasusnya belum merata dimana saat ini banyak sekali sekolah yang memerlukan perbaikan gedung baik pembuatan gedung baru maupun renovasi yang saat ini tidak dilaksanakan merata. Hal ini juga ada hubungannya dengan biaya operasional sekolah (BOS) yang di terima oleh sekolah dari pemerintah seperti pembuatan gedung baru atau renovasi tidak dapat dianggarkan pada BOS. masalah lainnya, pada administrasi perpustakaan yang sekolah miliki, namun kelengkapan buku-buku masih belum memadai. Dan sekolah ini tidak dapat melakukan penambahan buku dikarenakan anggaran dana yang diterima oleh sekolah sangat sedikit ditambah lagi beberapa larangan yang tidak mempebolehkan penganggaran belanja dalam mengisi buku di perpustakaan sekolah. Kalaupun bisa dianggarkan, dorongan dana yang diterima oleh sekolah tidak mencukupi.

Pembatasan anggaran diterima oleh sekolah berdasarkan jumlah siswa juga kurang efektif menurut guru dan masyarakat sekitar (Khususnya Sekolah Dasar) karena jika dilihat dari data statistik jumlah siswa yang mendaftar pertahunnya, sangatlah menurun dalam 10 tahun terakhir. Hal ini disebabkan bukan karena kurangnya minat siswa untuk sekolah pada setiap instansi atau memandang kemajuan sekolah itu, tapi ini disebabkan oleh program pemerintah juga yang menekan angka kelahiran populasi manusia di Indonesia yang sering kita kenal dengan program “Keluarga Berencana (KB) dikatakan berhasil karena jumlah angka kelahiran semakin menurun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun