Mohon tunggu...
Yuan 1314
Yuan 1314 Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Baru belajar ..

Selanjutnya

Tutup

Money

Ramadhan dan Lebaran Sebagai Titik Mulai dan Penyesuaian

23 Agustus 2012   03:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:26 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sesuai judul di atas, banyak orang yang mengambil momen Ramadhan sebagai titik waktu memulai sesuatu. Dalam konteks ini, memulai sesuatu yang baik. Dan memang itulah yang diharapkan, karena Ramadhan sebagai bulan berkah. Biar kata Ramadhan telah lewat, saat tulisan ini dibuat saya telah berada pada bulan Syawal, tak apalah, karena saat bulan Ramadhan kemarin tidak sempat membuat tulisan ini. Sibuk? Nggak juga. Cuman penyakit saja. Ketika mulai menulis, buntu .. mandeg dan berhenti. Padahal itu bukan hal yang bagus. Ok kembali ke topik utama. Ramadhan kerap dipakai umat sebagai titik untuk memulai sesuatu, yang baik tentunya. Saya dan istri juga sama. Ramadhan tiga tahun yang lalu kami memulai usaha jualan online. Ada macam - macam yang dijual. Awalnya perlengkapan muslin, khususnya baju koko dan mukena. Kemudian seiring permintaan pasar, kami juga menjual batik, batik bola, jaket bola, dll. Ini salah satu contoh. Lihatlah, ketika ramadhan, ada banyak penjual makanan pembuka atau jajanan pasar. Ada yang hanya sesaat, ketika lebaran tiba stop dan berhenti jualan dan jualan lagi pada lebaran tahun berikutnya. Tapi tak sedikit pula yang terus jualan termasuk hari - hari biasa. Tadinya hanya jualan untuk buka puasa, tapi sengaja atau tidak, usaha jualannya terus dan terus menerus. [caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Mie Ayam Mas Jawir"][/caption] Berikutnya momen Lebaran sebagai saat menyesuaikan harga. Tetangga saya yang jualan bakso dan juga mie ayam menggunakan momen itu. Pertama memang dia harus menyesuaikan harga karena harga bahan pokok dari sananya juga naik. Cuman, tetangga saya enak ngga enak juga mau naikin harga. Padahal sebenarnya, sudah jauh hari bahkan jauh bulan sebelumnya harga mie ayam dan bakso sudah menggapai Rp 8000 atau Rp 9000. Cuman, yah itu tadi, mau naikin harga nggak enak sama pelanggan. Karena itu, ketika Lebaran dia sesuaikan harga. Kenapa pas Lebaran? Mungkin, saat itu orang tidak terlalu peduli dengan harga. Saat itu orang sedang punya duit banyak. Lha kue di rumah atau rendang di rumah saja belum cukup untuk memuaskan perut, masih harus jajan bakso dan mie ayam. Konon katanya, mie ayam dan bakso adalah makanan paling dicari saat lebaran, bahkan mampu mengalahkan ketupat. Begitulah, Ramadhan dan Lebaran dijadikan sebagai titik waktu untuk memulai sesuai yang baik. Gambar/Ilustrasi : Koleksi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun