Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Freelancer - Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Setitik Makna Cinta

17 November 2024   03:02 Diperbarui: 17 November 2024   03:52 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada sunyinya pemikiran, cinta bermekaran
Seperti teori yang tak terungkap
Merenung tentangmu, seperti paradoks yang tak terpecahkan,
Kau adalah ide yang mengalir, dalam setiap kontemplasi

Di dalam labirin pikiran, kau menjadi teka-teki, dalam perjalanan batin yang panjang.
Cinta adalah bentuk yang tak terdefinisikan
Sebuah konsep yang melampaui batasan logika dan realitas.

Pada sebuah refleksi malam, kau kutemuakan sebagi kebijaksanaan yang tersembunyi
Sebagai kebenaran yang mendalam, di luar batas pengetahuan.
Seperti sebuah prinsip yang mengatur setiap detak jantung,
Di dalam filsafat cinta, kau adalah kunci dari segala pemahaman.

Di antara teori-teori dan argumen-argumen,
Kau adalah keindahan yang tak bisa diuraikan.
Setiap pertanyaan tentangmu, adalah pencarian makna,
Dalam dialog batin ini, kau adalah jawaban yang selalu ku cari.

Cinta ini adalah dualitas, yang mengatasi batasan,
Kau adalah harmoni yang menyeimbangkan konflik dalam diri.
Dalam dialektika kehidupan, kau adalah tesis dan antitesis,
Yang menyatukan segala perasaan dalam sintesis yang sempurna.

Saat meditasi  aku menemukan kedamaian,
Kau adalah essence dari segala pemikiran dan perenungan.
Cinta adalah fenomena yang melebihi pikiran dan logika,
Di dalam diri ini, kau adalah pencarian yang abadi dan tanpa akhir.

Kau adalah kebenaran yang tak bisa dijelaskan dengan kata,
Dalam filsafat cinta, kau adalah misteri yang menyelubungi.
Di setiap refleksi dan introspeksi, aku mencintaimu,
Sebagai ide yang tidak pernah pudar, dalam kebijaksanaan yang kekal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun