Dalam secangkir doa dingin, kuhirup sunyi malam, Â
Beku di setiap tetesnya, mengalun pelan dalam kelam. Â
Bintang-bintang berkelip, di langit yang senyap, Â
Menyulam harapan yang pudar, dalam kabut yang pekat.
Angin malam membisik, rahasia tak terucap, Â
Menyentuh hati yang sunyi, dengan sapaan lembut dan tajam. Â
Gelombang kenangan, menghantam tepi jiwa, Â
Membawa cerita lama, yang pernah terlupa.
Kau yang jauh, terlukis dalam bayang-bayang redup, Â
Di setiap doa dingin, kutitipkan rindu yang meredup. Â
Teranyam doa dalam sepi, dalam bisikan yang hening, Â
Menggapai asa yang jauh, dalam malam yang dingin.
Secangkir doa dingin, membawa rindu yang membeku, Â
Mengalir pelan dalam jiwa, menghapus sisa pilu. Â
Di setiap tetesnya, kurasakan hadirmu yang samar, Â
Dalam doa yang dingin, kita terhubung tanpa sadar.
Malam yang sunyi, terhanyut dalam nuansa beku, Â
Doa-doa melayang, membawa harapan yang kaku. Â
Dalam keheningan ini, kita bertemu tanpa suara, Â
Hanya dalam secangkir doa dingin, segalanya terasa nyata.
YmlpuÂ
kereta siang, 19/0724Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H