Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Freelancer - Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sandal Jepit

10 Juli 2024   11:46 Diperbarui: 10 Juli 2024   21:59 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sandal Jepit


Di tengah jalan berdebu, kulihat sandal jepit,  
Melangkah tanpa arah, menjejak tanah yang sempit.  
Simbol sederhana, rakyat jelata yang gigih,  
Namun tak terdengar, di istana nan megah

Sandal jepit lusuh, menginjak jalan berlubang,  
Seperti janji manis, yang kini kosong dan hilang.  
Mereka berkoar, berjanji langit dan bumi,  
Namun rakyat tetap susah, mengais remah mimpi.

Di meja-meja megah, mereka berpesta ria,  
Sandal jepit hanya tertawa, dalam derita tanpa suara.  
Panggung politik gemerlap, penuh dengan topeng hampa,  
Sandal jepit mencibir, dengan senyum sinis tanpa kata.

Kursi-kursi empuk, mereka duduki dengan bangga,  
Sementara sandal jepit terinjak, oleh janji-janji yang fana.  
Kami terus melangkah, dengan kaki penuh luka,  
Menghadapi kenyataan, yang semakin tak bersahaja.

Angin malam membawa kabar, tentang korupsi yang merajalela,  
Sandal jepit tersenyum kecut, menahan tawa yang gila.  
Mereka sibuk berkampanye, dengan retorika nan palsu,  
Sandal jepit mengingatkan, bahwa rakyat tak sebodoh itu.

Kita terjebak dalam labirin, janji manis yang meleset,  
Sandal jepit tetap setia, menjejak tanah dengan keset.  
Mereka mungkin lupa, bahwa sandal jepit ini saksi,  
Setiap kebohongan mereka, terekam dalam langkah pasti.

Dalam malam yang sunyi, sandal jepit berbisik pelan,  
Mengkritik pemerintah, dalam bahasa yang diam.  
Di bawah langit yang sama, rakyat dan sandal jepit berdoa,  
Semoga keadilan datang, meski harus menunggu lama.

Jakarta 09/07/24
YM.Lapu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun