Antologi SenjaÂ
Saat mentari tenggelam di ufuk barat,
langit menari dengan warna keemasan,
awan-awan berarak bak layar kapal,
mengantarkan harapan pada malam.
Desir angin membelai dedaunan,
berbisik lembut pada senandung burung,
seperti alunan melodi di telinga,
menenangkan jiwa yang resah.
Ombak mencium lembut pasir pantai,
membawa cerita dari seberang samudra,
seperti rahasia yang terbisik di telinga,
mengikat hati dalam ketenangan.
Rembulan muncul perlahan,
menabur sinar perak di atas air,
cahayanya memantul seperti kaca,
menghias malam dengan keindahan tiada tara.
Di taman yang merindu senja,
bunga-bunga membuka kelopaknya,
menghampiri malam dengan aroma manis,
seperti cinta yang bersemi dalam sunyi.
Bintang-bintang mulai berkerlip,
bercakap-cakap dalam bahasa cahaya,
mengukir cerita di kanvas malam,
menggambarkan mimpi dan harapan.
Malam datang dengan lembut,
menyelimuti bumi dengan kehangatan,
menawarkan pelukan bagi yang lelah,
dan mimpi indah bagi yang terlelap.
Senja berbisik pada malam,
menyampaikan pesan rahasia alam,
bahwa di balik setiap kegelapan,
tersembunyi cahaya yang menunggu fajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H