Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Secangkir Doa Sebelum Fajar

21 Juni 2024   05:28 Diperbarui: 22 Juni 2024   13:13 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di dalam selimut tenang senja, Ketika malam mulai sirna, Kutemukan hening, lembut tak terkira, Dalam bayang-bayang, damai terbentang.

Bintang-bintang berbisik pelan, Luruh dalam rona emas pagi, Saat gelap memberi jalan, Janji hari baru bersemi.

Dengan hati yang rendah, pikiran terbuka, ku genggam secangkir doa hening, Kusesap pikiran yang terjaga lembut bagaikan rahmat, Naik bak harapan ke langit tinggi, Dalam hangatnya, kutemukan tempat, Di mana jiwa dan roh bersatu harmoni.

Dunia terbangun, perlahan lembut, Dalam nada amber, mawar, dan biru, Lewat jendela, sinar matahari menyusup, Menyucikan bumi dengan embun pagi yang baru.

Setiap napas, sebuah sumpah suci, Untuk menghargai hidup, dekat dan jauh, Di setiap daun, di setiap dahan, Dalam setiap denyut, dalam setiap bintang.

Kesunyian, anugerah yang diberikan, Dalam cahaya fajar pertama, begitu murni, Mencerminkan jalan yang telah kususuri, Perjalanan yang dilaluKusingkirkani dengan kasih dan peduli.

Maka dengan secangkir ini, sebelum fajar, ketakutan dan kesedihan, Sambut hari dengan harapan yang mekar, Dalam doa berbisik dan penghormatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun