Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Freelancer - Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Luka

17 Juni 2024   18:08 Diperbarui: 24 Juni 2024   21:23 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di bawah langit kelabu, cinta kita merana, Seperti awan menangis, hujan deras menyapa. Angin malam berbisik, membawa rasa lara, Menceritakan kisah hati yang terluka.

Di sudut sepi, bayang-bayang menari, Menyelimuti hati dalam gelap yang sunyi. Bulan pun redup, sembunyi dalam awan, Menatap duka cinta yang tak pernah tertawan.

Setiap langkahku, jejak kesedihan, Mengikuti jejakmu, dalam hening kepergian. Cintamu bagai mimpi yang pudar, Menghilang perlahan, dalam malam yang samar.

Baca juga: Kopi dan Senja

Bunga di taman merunduk sedih, Melepaskan kelopak, bagai air mata yang letih. Di atas batu, sungai mengalir pelan, Membawa kenangan, ke muara kesepian.

Pelangi pun enggan hadir, Warnanya pudar, dalam duka yang mengalir. Burung-burung diam, tak bernyanyi lagi, Mengerti lara hati, yang terdiam sendiri.

Jam di dinding berbisik pelan, Menghitung detik, dalam kesedihan yang kian. Setiap detik, luka semakin dalam, Seperti duri yang tak bisa terpendam.

Di ruang hati, bayangmu menari, Menghantui malam, dalam sepi yang mengitari. Cinta kita bagai daun kering, Tersapu angin, menuju takdir yang hening.

Di bawah pohon tua, aku termenung, Menggenggam kenangan, dalam hati yang bingung. Cintamu bagai api yang padam, Tinggalkan abu, dalam hati yang terdiam.

Wahai cinta yang pergi, kembalilah, Biarkan luka ini sembuh, dalam pelukan yang ramah. Namun engkau pergi, tanpa kata perpisahan, Meninggalkan hati, dalam duka yang tak terpadamkan.

YM.lapu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun