Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Freelancer - Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untuk Tanah Air

15 Juni 2024   16:11 Diperbarui: 24 Juni 2024   21:21 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di Tanah Airku, Cinta Menyala

Di lembah hijau, angin berbisik mesra, Desiran ombak menyentuh pantai nan lara. Padi menguning di bawah sinar surya, Melukiskan harapan dalam dada yang membara.

Indonesia, engkau bintang di langit malam, Cahayamu terang, menerangi jiwa dalam. Merah putih berkibar, simbol cinta abadi, Di setiap detak jantung, kau tetap dihati.

Pepohonan rindang melambai lembut, Seakan menari dalam simfoni yang turut. Gunung-gunung tinggi menjulang gagah, Berkisah tentang sejarah yang penuh darah dan berkah.

Kuingat setiap langkah di tanah basah, Jejak-jejak pahlawan yang tak pernah lelah. Darah mereka mengalir di nadiku, Mengobarkan semangat, cinta tak berujung.

Di sungai yang tenang, arus membawa mimpi, Mengalirkan kasih, menggapai asa pasti. Indonesia, engkau pelita di tengah gelap, Dalam setiap hembusan napas, kau tak pernah lenyap.

Burung-burung bernyanyi di langit biru, Mengiringi langkahku dengan lagu syahdu. Hutan-hutan lebat penuh misteri, Di sanalah cinta tumbuh, mengakar abadi.

Baca juga: Untuk Mentari

Wahai Nusantara, tanah sejuta cerita, Kau lukiskan cinta dalam warna dan aksara. Setiap sudutmu, cermin kebesaran, Dalam hatiku, kau selalu bersemayam.

Di dalam pelukanmu, ku temukan damai, Engkau adalah rumah, tempat hati berpijak tanpa usai. Bersama angin, kutitipkan janji, Untuk selalu mencintaimu, hingga akhir nanti.

Ymlapu 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun