Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Freelancer - Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Doa Kupu-kupu

13 Oktober 2022   01:25 Diperbarui: 13 Oktober 2022   02:08 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Liputan6.com

Doa Kupu -Kupu 

Gadis kecil  yang suka bernyanyi 'kupu-kupu yang lucu' itu kini sudah tak ingusan lagi, telah menjadi kupu-kupu cantik saat malam menjelang.

Dahulu dia sering tampil untuk menari tarian piring, tapi sayang upahnya hanya untuk nasi sepiring.

Saat jadi biduan dia terlena rayuan, jadi istri ketiga juragan empang, si jampang mantan preman kampung

Jadi penari ronggeng dan pemain topeng, pergi malam pulang pagi, dicibir  suka ngebir dan kerjanya cuma nonggeng.

Gadis kecil yang pandai berhitung itu kini terlilit hutang, rela melepas kutang demi lunasi hutang  

Kini setiap malam yang ia lewatipun seperti tanpa bintang kecil di langit yang biru amat banyak menghias angakasa, hanya lapu remang-remang penghias ruangan

02 : 16 Dini hari
Gadis itu masih menunggu lelaki hidung belang yang engan pulang
Sudah seperempat botol parfume dia habiskan
Gincu merah merona yang sangat mengoda  itu mulai pucat oleh debu jalanan
Ah ... Jika Tuhan telah nenyadarkan semua pria ; aku bisa apa?

Gadis itu
wajahnya ayu
Cantik, dengan seulas senyum manis yang selalu palsu
Kaku; seperti lidahnya mulai  kelu
Ditengah keluh dan gelisahnya ia momohon "Ya Tuhan  kabulkanlah doaku"
Segera setelah diaminkan ia tersenyum getir, "emangnya Tuhan terima doa seorang pendosa?"  

Bekasi, 12/10/22

YM.Lapu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun