Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Freelancer - Puisi, Merangkai Rasa Memeluk Jiwa

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Aku Lelakimu

24 September 2022   02:18 Diperbarui: 24 September 2022   07:13 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku Lelakimu

Maafkan aku laki-lakimu yang belum sanggup mencium keningmu dikeheningan loncneg gereja  di bawah salib bermotif kayu jati.

Aku tak mungkin melaknat bumi karena corona, atau membakar ayat-ayat suci agar wabah ini pergi.
Aku takut setelah itu dia mengutukku; menurunkan hujan batu dari neraka.

Aku bukan lelaki yang pandai berbicara dengan langit atau mendung agar beranjak.
Aku hanya seongngok daging yang bisa bercermin di kubangan parit di persimpangan rumah kita.

Aku tak sanggup merubah anjing menjadi angsa, batu jadi berlian, atau hina meniadi mulia.
Aku  hanya berharap lelaki penebus dosa itu membuka pintu.

Aku ingin menggenggam jarimu di tengah riuh tepukan para tamu sebelum mereka di jamu dengan segelas  sopi dan sepiring daging sapi.

Aku ingin mengucapkan kalimat suci pada semesta saat semua hening dalam doa restu pada insan yang sedang bercumbu dengan bahagia.

Baca juga: Wejangan Terakhir

Kemudian bulan turun dari langit dan mengintipku dari balik jendela tak bertirai.
Bulan tak menangis atau tertawa, tetpai ia murka;
Entah pada siapa?

Baca juga: Masih Tentang Rindu

Indonesia, saat dunia sedang tak baik-baik saja. Mei 2020  

Dipersembahkan kepada kekasihku yang mulai jenuh menunggu waktunya tiba ditengah masa pandemi.

YM.Lapu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun