Mohon tunggu...
YM. Lapu
YM. Lapu Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Jalanan

Kata-Kata Tumpah Dari Kepalaku Berceceran Dan Luber Kemana-Mana Berserakan,Kemudian menjadi kepingan di sudut ruang (yml)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Teruntuk, Suami Ibuku

7 September 2022   00:36 Diperbarui: 7 September 2022   00:41 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Created By : YM.Lapu

Teruntuk, Suami Ibuku


Sisa peluh masa lalu di wajahmu
Masih melukiskan perjuanganmu
Tepat diwajahmu yang kian senja
Kutemukan sejuta bijak disana

Ada beribu tutur nasihat
Di setiap celotehan singkat, atau sekedar basa basi sambil minum kopi di pendopo rumah.

Baca juga: Syair Sang Penyair

Kau laki-laki tua, penikmat kopi dan gemar berhayal mulutmu sering komat kamit, seperti dukun baca mantra. Yah aku tau kau berbicara dengan dirimu sendiri. Katamu  lebih baik bicara sendiri tak ada yang tersindir kalau sudah tersindir kita akan hidup sendiri sendiri.

Oh ya.. bagaimana kabar angrek hutan yang kau tanam?  
Terakhir kali, aku lihat bunganya sunguh indah
Aku berharap bunga yang indah itu tidak layu karena tiap pagi disirami omelan istrimu. Nanti sama nasipnya dengan bonsaimu sudah renta itu

Ssstt..pak tua jangan bilang pada istrimu, soal omelnya
Jika dia tahu, aku bakal kena semprot
Dasar anak tidak diuntung, orang tua ngomong tidak didengar.
Yah... Itu kata-kata awal sebelum dia mulai berorasi tentang hidup

Baca juga: Kepingan Rasa

Terima kasih pak tua
Kau selalu jadi pembelaku.
Jika nanti kau sempat membaca tulisan ini, lewatkan beberapa kalimat
Sampaikan saja pada istrimu
Kalau aku memang anak bandel, suka membantah tapi aku sangat sayang padanya, caraku menyayangi dia berbeda dari anak-anaknya.

Aku berharap kacamatamu yang sering kau simpan di atas lemari masih ada, bersihkan dulu debunya sebelum kau pakai.

Baca juga: Hujan

Jika nanti kau baca tulisan ini
Tolonglah kau modifikasi bahasaku
Aku anak bandel yang suka ceplas ceplos, tapi dari hatiku yang terdalam aku sangat mencintai dia.

Tak usah mengkerutkan dahi pak tua
Aku juga menyayangimu.
Nah, aku suka senyummu yang begitu hanya sekilas tapi tulus
Aku tak tahu apa istrimu tau itu?
Yah tentu saja mungkin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun