Aku terpaksa bangun dari mimpiku.
Ya, dipaksa bangun dengan perasaan tidak tenang setelah mimpi-mimpi kemarin.
Mimpi yang terlalu lama kurendam.
Mimpi yang terlalu banyak untuk kujemur.
Bahkan jemuran halaman belakang sudah tak mampu lagi menggantungnya.
Mimpi seperti apa?
Tergantung?
Digantung?
Menggantung?
Mungkin kemarin aku masih mengharap mimpi itu jadi kenyataan.Â
 Aaaaah iya, aku lupa mimpi itu engan dibagi.
Kemarin aku bercengkerama dengan mimpi.
Ia bilang sedang tidak enak badan.
Ia capek berlari -- lari di tidurku.
Ia lelah memberi harapan tak pasti.
Ia jenuh saat ini.
Sebulan lalu aku bercengkerama dengan mimpi.
Ia yakin akan jadi nyata suatu saat nanti.
Tapi kapan?