Pada bentangan waktu, kita sampai di batas tualang masing-masing
Bercerai pada ruang dan waktu yang berbeda
Dan pada delapan penjuru mata angin kita menepih
Memandang kenangan dalam diam, pada setiap rahmadan yang datang
Tetapi pondok reot tempat kita bediam meraih asa tetap menjadi saksi
Pada kehangatan merenda hari di bulan penuh berkah itu
Pada sepiring nasi dengan lauk seadanya saat sahur
Pada semangkok kolak secukupnya saat berbuka
Kebersaamaan itu seakan membongkar sekat keberadaan kita
Semuanya lebur dalam persaudaraan yang intim
Seolah masjid dan gereja mesrah bergandeng tangan
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!