Di gigir pantai, aku masih setia menunggumu
Laut masih saja teduh, angin timur belum mau mengusiknyaÂ
Di batas lanskap semesta garis halusnya masih tertatap jernih
Tapi tiang perahumu belum juga tersembul muncul
Masihkah  sumpah itu kau pegang teguh pada genggam tanganmu
Adakah janji itu masih  kau peluk erat di bilik dadamu
Tapi aku terus saja menunggu pada bentangan waktu yang sunyi
Karena ku yakin, sumpah dan janji adalah pemicu gerak nuranimu
Ternyata menunggu adalah soal melebarkan kesabaranÂ
Bertelut dengan resiko yang pasti adalah ketidakhadiranÂ
Mendedikasikan setiap, detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahunÂ
Hanya untuk  menyambut sebuah kedatangan kembaliÂ
Seperti pelangi merindukan rintik hujan memamerkan indahnya
Seumpama  bintang merindukan malam menyembulan sinarnya
Laksana  api merindukan kayu menjadikannya abu
Aku  setia  merindukan sebuah kalimat "Aku sudah pulang."  Â
YM : 19;15
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H