Mohon tunggu...
Yusuf Tanimoto
Yusuf Tanimoto Mohon Tunggu... Administrasi - Computer Engineer, Penikmat Kopi

Yusuf Maulana Aditya (Yusuf Tanimoto) adalah seorang pemuda yang aktif dalam beberapa organisasi kampus dan organisasi-organisasi kepemudaan. Dia sedang berlatih menulis sebagai wujud pemikiran yang diolah dari pengalaman, referensi pemikiran dan berbagai artikel berita.

Selanjutnya

Tutup

Politik

2019 GOLin Aja!

31 Maret 2019   10:30 Diperbarui: 1 April 2019   04:40 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau jadi golput lagi? Ingin coba jadi golput? Bosan karena labelling "cebong" dan "kampret" jadinya golput? jangan, apalagi mengajak, menyuarakan dan berkampanye untuk golput karena itu dilarang undang-undang. Golongan Putih (GOLPUT) berawal pada Pemilihan Umum (Pemilu) 1971, saat itu golput disuarakan sebagai sikap politik dan protes terhadap sistem dan alternatif pilihan yang dinilai tidak kredibel. Golput pada masa itu menganjurkan datang ke bilik suara dan menusuk kertas yang berwarna putih di sekitar gambar. Dengan begitu, suara yang diberikan tidak sah tetapi pemilih tetap pergi ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Setelah peristiwa reformasi, sejak Pemilu langsung 2004 hingga 2014, persentase angka golput semakin meningkat. Persentase golput pada Pilpres 2004 putaran 1 sebesar 21,80 persen dan putaran 2 sebesar 23,40 persen. Pada 2009, angka golput pilpres menjadi 28,30 persen dan bertambah menjadi 29,01 persen pada Pilpres 2014. Untuk pemilihan anggota legislatif (DPR, DPRD, DPD), tahun 2004, 2009, 2014 berturut-turut sebesar 15,90 persen, 29,10 persen, dan 24,89 persen.

u-2-5ca133c73ba7f750c70d236f.jpg
u-2-5ca133c73ba7f750c70d236f.jpg
Terpikirkan ide bagaimana menjadikan politk di Indonesia semeriah sepak bola yang menyehatkan, selain itu juga  menghibur, olahraga ini juga mendidik untuk sportif. Tujuan permainan sepak bola bagi sebuah kesebelasan ialah memenangkan pertandingan. Cara menjadi pemenang pertandingan dengan unggul skor hingga pertandingan usai. Entah apa strategi yang diterapkan, siapa pun pencetak golnya, menang dan menjadi juara yang terpenting bagi para penggemar. Gol sendiri ialah ketika bola melintas garis gawang tim lawan, membuat tim menjadi unggul dengan skor 1 dan bertambah seiring dengan banyaknya gol yang terjadi. Secara umum, gol dapat diartikan tercapai tujuan. Untuk kita sebagai warga negara Indonesia mari capai tujuan bersama, dengan GOLin aja! Lakukan segala hal yang menjadi pikiran dan sikap untuk memutuskan saat 17 April nanti. Kita sebagai warga negara telah dilindungi oleh UUD1945 untuk bebas menyatakan sikap. Sayangnya, pihak-pihak terkait seperti penyelenggara (KPU), pemangku kebijakan (pemerintah) dan legislatif (DPR, DPD) sangat jelas terlihat kehabisan akal menyukseskan gelaran demokrasi tahun ini. Oleh sebab itu, berikut poin-poin singkat masalah yang terjadi:

1. Pemilu serentak (Pileg dan Pilpres dalam satu waktu) menjadi pembelajaran, satu contoh pengambilan keputusan tidak dibarengi dengan latar belakang yang kuat. Akibatnya potensi golput meningkat disebabkan atmosfer politik yang menjadi dua kali lipat lebih panas dari sebelumnya, banyak orang jengah dengan kegaduhan yang semakin besar.

2. Ambang batas untuk pencalonan Presiden dan Wakil Presiden sebesar 20 persen suara partai hasil Pemilu 2014 membuat munculnya alternatif pilihan hanya sebatas mimpi. Selain itu, menilik proyeksi Bappenas (2010-2035) maka hasil pemikiran, sikap dan suara sekitar 6 juta orang yang telah meninggal dunia pada tahun 2014-2019 menjadi landasan lahirnya pemimpin pada 2019 di Indonesia (negaranya orang hidup). Semakin tidak masuk akal ketika hasil Pemilu yang lalu menjadi tolok ukur untuk menyeleksi calon pemimpin saat ini dan masa depan, bagaikan meminta harga jual smartphone bekas sama dengan harga belinya.

3. Hari pemilihan dijadikan hari libur? Terima kasih bapak ibu pemangku jabatan.

4. Info administratif untuk para calon pemilih (kita, warga negara) kalah pamor dengan perang meme "cebong" dan "kampret". Tata cara, syarat dan jadwal pengurusan formulir A5 tidak viral sehingga membuka peluang menggerus partisipasi calon pemilih.

Semoga saja empat poin diatas sudah cukup merangkum masalah yang dihadapi! Setelah uraian singkat masalah, mari gali saran sebagai peluang solusi yang paling optimal (bukan maksimal) sebagai warga negara. Bagi orang yang sudah menetapkan sikap untuk Golput, ayo bersuaralah dengan cara-cara kreatif selain menusuk kertas suara Pemilu 2019. Untuk yang belum benar-benar mantab menjadi anggota white party, usahakanlah hadir di TPS untuk menggunakan fasilitas untuk menusuk-nusuk gambar-gambar tokoh politik sepuas-puasnya. Sedangkan, bagi yang masih bimbang setidaknya hargai uang negara seharga 3.200 rupiah per suara. Kita hidup di Indonesia, di tahun 2019 pula, jangan ragu bersikap dan jangan segan bersuara. Jadilah penyerang (forward) berpengalaman yang mendapat peluang terbuka di depan gawang lawan, ya GOLin aja!

Pustaka:

1. Membaca Makna Golput
2. Gelombang Golput yang Tak Pernah Surut
3. Waspada Libur Panjang Buat Angka Golput Pemilu 2019 Meningkat
4. KPU Sebut Urus Formulir A5 Paling Lambat 18 Maret 2019
5. KPU Klaim Efisiensi Anggaran Surat Suara Pemilu Capai Rp 267 Miliar
6. Daftar Pemilih Tetap Hasil Perbaikan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun