Mohon tunggu...
Yiwa Landu Niki
Yiwa Landu Niki Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis konten tentang kehidupan

Suka menulis konten tentang pengetahuan umum, agama, budaya, dan permasalahan sosial.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Aku dan Secangkir Kopi

12 Desember 2023   23:54 Diperbarui: 13 Desember 2023   00:39 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Aku adalah seorang pribadi

Aku adalah seorang pencari makna

Aku adalah seorang pembelajar

Suatu kali aku melihat sebuah cangkir kosong

Sejenak saya berkontemplasi mengapa cangkir kosong itu berdiri?

Oh ternyata cangkir kosong itu gambaran diriku.

Ternyata aku merasa kosong, namun tetap berdiri.

Aku merasa kesepian, namun aku tetap berdiri.

Aku merasa sedih tapi aku tetap berdiri kokoh.

Lalu dengan apakah aku mengisi kekosongan itu?

Lalu aku melihat gula dan kopi yang ada di sekitar cangkir itu. Dengan sigap aku mengambil satu sendok kopi dan satu sendok gula. 

Sejenak pikiranku terganggu. 

Kopi dan gula sudah ku isi, namun masih ku anggap kurang?

Lalu apakah yang kurang? 

Oh ternyata air mendidih yang masih kurang.

Aku pun menuangkan air mendidih ke dalam cangkir itu. Sejenak saya merenung, kayaknya masih kurang juga.

Oh ternyata aku belum mengaduknya. Setelah aku mengaduknya, aku merasa aneh. 

Kopi dan gula di aduk bersamaan ternyata warnanya hitam. Rasa penasaranku pun mulai meledak.

Akhirnya dengan sigap saya mengangkat secangkir kopi itu dan meminumnya. Setelah meminumnya baru saya sadar ternyata kopi itu enak.

Terkadang ketika kita dihempas masalah kehidupan, kita merasa kosong. Perasaan kosong itu membuat perasaan kita harus di isi dengan perhatian dan kasih sayang. Namun, setelah di isi dengan kasih sayang dan perhatian, kita masih merasa kurang dan kurang.  Karena perhatian dan kasih sayang itu ternyata belum cukup bagi kita. Namun, ketika kita ditempa dalam dapur perapian yang menyala, barulah kita sadar bahwa ternyata perhatian dan kasih sayang itu penting bagi kita. Itulah sifat hidup manusia yang tidak puas. Hidupnya harus digoncangkan dengan manis pahitnya kehidupan baru sadar bahwa kopi itu manis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun