Liga Champions Eropa alias UCL (UEFA Champions League) sudah kembali bergulir. Format baru membuat UCL musim ini terasa berbeda jika dibandingkan musim-musim sebelumnya.
Saya tengok di google, ada daftar klasemen panjang karena sekarang tidak lagi dibagi dalam beberapa grup.
Semua tim tergabung dalam sebuah klasemen besar yang terdiri dari 36 klub yang membuat posisi AC Milan dengan hasil kekalahan di laga pembuka membuat mereka berada di posisi 33 yang membuat hati Milanisti yang sudah terbiasa ngenes kembali tambah ngenes.
Peringkat 33 klasemen UCL, hadeh...
Semalam terbangun jam dua dini hari lebih dikit, nyalain TV nyari chanel esceteve, lha kok berita? Apa-apaan ini, format baru liga ternyata juga format baru siaran langsung? Gak ditayangin TV Nasional...
Terpaksa ambil tablet dan nonton melalui aplikasi yang satu gank dengan esceteve. Nonton di tablet karena memang paketan yang saya ambil hanya untuk hape dan tablet, lebih irit dibandingkan yang bisa ditonton di semua perangkat. Lebih irit tapi juga terasa mahal sebab tayangan Serie A lenyap dari daftar tonton aplikasi ini...
Ada opsi nonton via streaming ilegal di monitor yang lebih besar tapi tidak saya lakukan...
AC Milan vs Liverpool, saya dibuat cukup terkenyut karena Milan sudah unggul 1-0 padahal baru terlewat beberapa menit. Wah, sebagai Milanisti sejak 90-an, bakal semangat saya ini nontonnya..
Tapi eh tapi, semangat nonton lama-lama jadi misuh-misuh sendiri. Meski unggul Milan gak bisa berbuat banyak setelah itu. Digempur, dipress habis-habisan dan bingung sendiri saat pegang bola mirip kayak timnas pas dipress habis sama Australia kemaren.
Bangun serangan dari bawah, ke tengah belum sampai ke depan, balik lagi ke kiper. Gitu terus sampai saya jadi rajin misuh-misuh..
Terus-terusan ditekan akhirnya gawang Milan bobol juga, gak hanya sekali, tiga kali malahan. Euforia unggul cepat yang berakhir menggemaskan.
Plus kiper utama Mike Maignan harus keluar karena cedera diganti kiper 19 tahun, Lorenzo Torriani. Alamat pertahanan Milan beberapa pekan ke depan akan mengalami masalah serius ini.
Jengkel lihat cara main Milan, saya beralih ke pertandingan Manchester United yang di saat yang sama menang besar, 7-0. Wow...
Menang besar tapi sayangnya itu bukan di laga Liga Champions.
MU gak lolos UCL dan harus puas main di Liga Eropa yang sekarang bukan lagi Limajum karena mainnya tidak lagi di malam Jumat. Liga Eropa main pekan depan dengan format yang sama dengan Liga Champions.
Manchester United menang 7-0 lawan Barnsley, tim divisi satu yang dipertemukan dengan MU pada turnamen piala ciki alias piala kebo alias Carabao Cup, turnamen kasta ketiga Inggris yang dijuarai MU di musim pertama Ten Hag melatih. Yang membuat Ten Hag mengklaim bahwa dua tahun belakangan mereka adalah tim yang meraih trofi terbanyak kedua di kompetisi domestik Inggris setelah Manchester City...
Ini satu hal yang ngenes lagi, sementara temen-temennya sesama klub elit main di liga champions maka MU harus terima main di piala ciki. Yah, untungnya bisa menang telak...
Namun di antara beberapa kengenesan tadi, yang paling mengenaskan malam tadi adalah Dinamo Zagreb. Klub Kroasia tersebut dihajar habis-habisan oleh Bayern Munchen 9-2. Munchen berpesta sembilan gol ke gawang Zagreb. Bahkan lebih dari sembilan gol yang bersarang ke gawang Zagreb karena ada dua gol Bayern yang dianulir wasit karena offside.
Vincent Kompany boleh membusungkan dada menjawab keraguan banyak orang terkait kapasitasnya dalam menangani tim besar macam Bayern Munchen. Walaupun tentu, menang besar di laga awal jelas bukan jaminan suksesnya sebuah tim dalam suatu kompetisi.
Begitulah...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H