Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Manchester United Musim Ini: Babak Belur Tapi Dapat Piala

26 Mei 2024   15:34 Diperbarui: 27 Mei 2024   18:53 341
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gol Alejandro Garnacho ke gawang kosong Manchester City (Gambar: AFP/JUSTIN TALLIS via kompas.id)

Ditengah musim yang hancur lebur, Manchester United berhasil menambah koleksi trofinya. Sebiji Piala FA dipersembahkan oleh manajer Erik ten Hag di tahun kedua kepelatihannya.

Bagi Ten Hag, ini adalah persembahan trofi kedua setelah tahun lalu berhasil menjuarai Piala Liga atau Piala Carabao. Tiga final dan dua trofi dalam dua tahun menurut Ten Hag, tidak jelek-jelek amat.

Kalau dilihat dari gengsi trofi yang didapat, Piala FA jelas lebih bergengsi dari Piala Carabao. Dalam soal pencapaian trofi pencapaian MU bersama Ten Hag musim ini bisa dibilang mengalami progres positif.

Dari juara Carabao jadi juara FA, kalau tren itu menaik terus maka seharusnya tahun depan mereka bisa jadi juara Premier League. Eaa...

Tapi sayangnya, dalam sepakbola apalagi Liga Inggris hal tersebut tentu tidak akan dengan mudah terjadi.

Bahkan, Ten hag pun sedang dalam evaluasi manajemen, nasibnya di United juga belum tentu bertahan lama. Konon bahkan, manajemen setan merah itu sudah menghubungi beberapa manajer lain kandidat pengganti ten Hag untuk musim depan.

Ya, meski secara trofi United era Ten Hag cenderung berprogres positif namun secara keseluruhan musim ini United hancur lebur.

DI tahun kedua kepelatihannya, United-nya Ten Hag memiliki performa yang tidak lebih baik dari tahun pertamanya.

Musim lalu, MU menempati posisi posisi tiga di klasemen akhir Premier League, jadi finalis Piala FA dan juara Piala Carabao.

Capaian cukup fantastis Ten Hag di tahun pertama membuat harapan besar muncul menjelang musim kedua.

Tapi eh tapi, sayang disayang musim kedua Ten Hag malah babak belur. Menjuarai Piala FA adalah obat luka di akhir musim yang bagi sebagian fans bisa cukup mengobati luka-luka kebabakbeluran MU musim ini, namun bagi sebagian lagi, capaian ini tidak bisa menghilangkan rapor buruk MU musim ini.

Hancur lebur di Liga Champions, bahkan tidak mampu untuk sekedar bertahan di Liga Eropa Karena berada di posisi paling buncit pada fase penyisihan grup.

Yang lebih buruk adalah hasil di Premier League. Musim ini MU mengakhiri Liga Inggris dengan posisi peringkat delapan dengan catatan empat belas kekalahan dan memiliki selisih gol defisit. MU mencetak 57 gol dam kemasukan 58 gol.

Konkrit, kemediokeran MU di Liga Inggris musim ini sudah dalam taraf yang kaffah, tidak masuk dalam zona Eropa dan jumlah selisih gol defisitt. Wajar kalau manajemen lalu melakukan evaluasi, dengan kinerja Erik Ten Hag sebagai salah satu bahan evaluasinya.

Namun begitu, babak belurnya MU musim ini sebanarnya juga bukan hanya salah Ten hag semata. Banyak faktor, dan memang, kalau menurut teori cakra manggilingan atau roda yang berputar maka pasca Sir Alex, MU masih berada di posisi bawah dan seakan malu-malu ketika hendak ke atas. Kelihatan mau naik sedikit, eh.. nyungsep lagi...

Ya seperti akhir musim lalu yang penuh optimisme (lolos Liga Champioan, finalis FA dan juara Carabao). Di awal musim optimisme bertambah dengan pembelian pemain sesaui dengan yang dibutuhkan Ten Hag.

Kiper Andre Onana sebagai build up goalkeeper yang menutup kelemahan David de Gea yang dinilai tidak mampu menjadi pemulai build up serangan. Lalu Rasmus Hojlund yang dibeli mahal untuk mengisi posisi striker yang memang tidak dimiliki MU.

Lalu Mason Mount, untuk menambah kekuatan di lini gelandang serang, Juga Sofyan Amrabat di posisi gelandang bertahan sebagai pelapis Casemiro sekaligus menggantikanj Fred yang kata Coach Justin seperti ayam tanpa kepala.

Apa daya, para pemain baru tersebut cukup lama untuk bisa mendapatkan penampilan terbaiknya sementara musim terus berjalan ditambah masalah cedera pemain yang sepanjang tahun menghantui skuad United. Juga masalah internal lainnya, plus di php mau dibeli uang Arab tapi drama Tarik ulurnya lama banget dan berakhir zonk...

Kita coba lihat pemain-pemain kunci yang dibeli awal musim ini.

KIper Andre Onana, di malam final FA tampil cukup baik baik dalam bertugas sebagai penjaga gawang, beberapa save ia buat, maupun sebagai pemulai serangan, malam ini Onana tampil tenang dengan umpan-umpan yang sering sampai ke tujuan dengan selamat tanpa jadi blunder.

Namun, Andre Onana selama semusim ini adalah bahan meme nomor satu dan bahkan mengalahkan Harry Maguire dalam menjadi bahan olok-olokan netijen yang budiman. Musim ini Onana memang identik dengan blunder dan sering menjadi kambing hitam dari banyak hasil buruk MU musim ini.

Penyerang muda Denmark yang dibeli mahal dari Atalanta, Rasmus Hojlund secara keseluruhan juga sebenarnya tidak terlalu mengecewakan untuk ukuran striker muda. Meski demikian butuh waktu setengah musim bagi Hojlund untuk bisa mencetak gol pertamanya di Premier League.

Sementara Mason Mount, lebih banyak berkutat dengan cedera dan sangat jauh dari penampilan terbaik yang pernah ia pertunjukkan saat bersama Chelsea beberapa musim lalu. Dan Sofyan Amrabat yang dating belakangan baru di akhir musim mendapatkan waktu bermain yang lumayan.

Secara keseluruhan rapor pembelian pemain MU musim ini bisa dibilang buruk.

Sudah pembelian buruk, pemain yang perform musim lalu juga mengalami penurunan yang sangat signifikan.

Pemain MU yang tampil baik musim lalu dan kontribusinya menurun jauh musim ini adalah: Lisandro Martinez, Luke Shaw, Casemiro dan Marcus Rashford.

Lisandro Martinez dan Luke Shaw bahkan hamper sepanjang musim berkutat denagn cedera. Begitu pula dengan Rashford dan Casemiro, bolak-balik cedera dan ketika tampil performanya juga tidak sebaik musim lalu.

Pemain lainnya? Antony makin gak jelas kontribusinya, Jadon Sancho bahkan sudah dikembalikan ke Dortmund (malah masuk final Liga Champions). Malacia cedera sepanjang musim...

Secercah harapan ada pada terorbitkannya pemain-pemain muda. Ya, saling bututnya permainan Man United, dua bocah remaja yang harusnya masih dalam tahap pembelajaran malah rutin bermain sebagai starter. Alejandro Garnacho dan Kobbie Mainoo kedua nya baru berusia 19 tahun belakangan menjadi tulang punggung Manchester United.

Dan istimewanya, di final Piala FA, dua gol United ke gawang City keduanya dicetak oleh dua remaja tersebut. Alejandro Garnacho mendapatkan umpan sedekah untuk membobol gawang kosong Stefan Ortega, sementara Mainoo menyelesaikan proses keren seranganh balik yang dimulai umping panjang akurat Rashford pada Garnacho lalu diteruskan pada Bruno Fernandes dan disontek dengan manja oleh Mainoo.

Ya, ditengah musim yang buruk MU bisa-bisanya menang dari Manchester City di final Piala FA. Di sebuah grup whatsapp pagi tadi seorang teman sudah dengan bangga mengumumkan: MU dapat piala FA, Arsenal dapat apa ya?...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun