Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Final Piala FA: MU Bisa Melawan Manchester City, tapi Tidak Cukup untuk Bisa Menang

4 Juni 2023   00:28 Diperbarui: 4 Juni 2023   07:20 1155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wout Weghorst gagal juara (Foto: Getty Images via bbc.com)

Final Piala FA kali ini cukup spesial. Derby kota Manchester di London.

Orang-orang Manchester berbondong-bondong datang ke London menyaksikan Manchester City yang sedang memburu treble dan Manchester United yang berupaya menutup musim dengan senyum lebih cerah.

Manchester City sudah juara Premier League dan minggu depan akan bertarung di final Liga Champions melawan tim Italia, Inter Milan. Sementara Manchester United yang beberapa musim nihil prestasi, tahun ini sukses meraih gelar Piala Liga (Carabao Cup) dan sukses menempati peringkat tiga Premier League.

Wembley terbagi dua warna suporter, biru muda dan merah.

Ada legenda-legenda Manchester United, Sir Alex Ferguson ataupun David Beckham. Ada pula keluarga keluarga Gallagher pentolan Oasis yang merupakan fans setia Manchester City.

Dan tentu, ada dua pelatih botak jenius yang beradu taktik memperebutkan piala tertua sepakbola.

Pep Guardiola memainkan formasi andalannya musim ini, 3-2-4-1. Tiga bek, dua gelandang bertahan yang salah satunya adalah bek tengah, empat gelandang serang dan Erling Haaland. Sejauh ini, formasi tersebut belum ada obatnya dan membuat Arsenal yang unggul jauh di klasemen Liga Inggris jadi terkejar dan terlampaui.

Manchester City turun full team kecuali kiper Ederson yang digantikan oleh Stefan Ortega.

Kevin de Bruyne yang sempat dikabarkan tidak fit tetap tampil sebagai starter, juga Jack Grealish, Ruben Dias, dan Manuel Akanji.

Sementara Erik Ten Hag berupaya memperkuat lini tengah dengan memasang duo gelandang bertahan Brasil, Casemiro dan Fred dibantu oleh Christian Erikses.

Marcus Rashford sendirian di depan ditopang Jadon Sancho dan Bruno Fernandes

Hanya butuh 13 detik bagi Manchester City untuk membuka skor. Tendangan voli Ilkay Gundogan merobek gawang Manchester United pada serangan pertama yang dilakukan Manchester City.

Bola sepakan Gundogan hanya dilihat saja oleh kiper David de Gea. Entah terkesima, entah belum siap karena baru beberapa detik pertandingan dimulai. Atau entah De Gea yang sedang merasa dirinya sakti sehingga tak perlu menghalau bola dengan tangan, cukup dilihat saja siapa tahu bisa belok arah bola.

Ah, tatapan De Gea ternyata tak mampu membuat arah bola berbelok, gol buat Manchester City di menit pertama.

Alarm buat Ten Hag dan seluruh pendukung Manchester United. Bisa Dibantai ini, begitu pikir saya...

Saya langsung teringat Real Madrid yang dibuat tak berkutik sepanjang 90 menit oleh Manchester City dan empat kali gawangnya dibobol oleh anak-anak Pep Guardiola.

Pun juga kenangan saat gawang De Gea mudah sekali dibobol oleh Liverpool ketika MU terbantai secara paripurna 7-0.

Pembantaian di final akan terasa lebih mengerikan.

Sisi positifnya, dengan ketinggalan gol cepat MU akan dipaksa keluar menyerang sehingga pertandingan tidak hanya satu arah, Manchester City menyerang dan MU bertahan.

Ternyata, MU bisa melawan.

Setelah gol Gundogan, Manchester City memang masih mendominasi penguasaan bola namun MU menunjukkan bahwa mereka bisa mengimbangi Manchester City.

Permainan berlangsung dalam tempo yang tidak terlalu cepat. Beberapa kali tendangan penyerang-penyerang Manchester City melabar dari gawang De Gea. Manchester United pun sesekali mampu merepotkan barisan pertahanan Manchester City.

Tidak ada peluang yang sangat berbahaya bagi Manchester United. Sampai kemudian dalam sebuah momen serangan, fullback MU Aaron Wan Bissaka berduel udara dengan Jack Grealish. Tangan Grealish yang aktif menyentuh bola di dalam kotak penalti.

Tak ada yang terlalu risau dengan kejadian beberapa detik itu. Sampai beberapa saat kemudian wasit memberi isyarat untuk menggunakan VAR. Si bapak wasit menuju kamera dan memberi hadiah penalti buat MU.

Bruno Fernandes menaklukkan Ortega dari titik putij untuk membuat kedudukan menjadi seimbang. Jelang akhir babak pertama, Manchester United masih ada di final FA dan masih ada peluang juara.

Namun pada babak kedua, kembali Ilkay Gundogan sang kapten Manchester City yang menunjukkan aksinya.

Belakangan ini memang Gundogan acap kali memperlihatkan aksi-aksi spektakuler. Dan di final FA, magic Gundogan kembali membuat Wembley bergemuruh oleh teriakan suporter Manchester City.

Menit 51, kali ini berawal dari bola mati akibat pelanggaran oleh Fred di sisi kiri pertahanan Man United. Umpan sepakan Kevin de Bruyne tidak mengarah ke kotak penalti dimana ada Erling Haaland dan pemain-pemain tinggi Manchester City lainnya yang membuat fokus pertahanan Manchester United terarah pada mereka.

Umpan lambung manja de Bruyne ditujukan ke Ilkay Gundogan yang berada di luar kotak penalti. Sepakan voli tidak terlalu keras dilesakkan Gundogan terarah ke pojok gawang De Gea yang pandangannya tidak begitu sempurna oleh kerumunan pemain di kotak penalti.

Kali ini De Gea tidak hanya melihat, ia dengan gesit melompat mencoba menghalau bola. Malang bagi De Gea, bola sepakan Gundogan masuk. Brace alias dua gol buat pemain internasional Jerman tersebut.

Gundogan sebenarnya bisa menambah satu gol lagi saat memanfaatkan rebound hasil sepakan Haaland yang ditepis De Gea. Sayangnya, asisten wasit mengangkat bendera tanda Gundogan berada dalam posisi offside. Gagal lah hattrick Ilkay Gundogan.

Wout Weghorst gagal juara (Foto: Getty Images via bbc.com)
Wout Weghorst gagal juara (Foto: Getty Images via bbc.com)

Ten Hag mencoba lebih menyerang dengan memasukkan Alejandro Garnacho, lalu disusul Wout Weghorst, dan mengganti bek Victor Lindelof dengan Scott McTominay yang merupakan seorang gelandang.

Namun, tak ada gol yang bisa dibuat barisan penyerangan MU. Skor 2-1 cukup membuat Manchester City meraih trofi keduanya musim ini.

Tentu, ini belum berakhir buat Manchester City karena pekan depan masih ada final lebih besar yang akan mereka hadapi. Final kejuaraan terbesar Eropa yang belum pernah mereka menangkan, Liga Champions.

Bagi Manchester United kegagalan menjuarai Piala FA memang terasa tidak mengenakkan tapi juga tidak terasa begitu menyedihkan.

Semua tentu paham dengan problematika Manchester United sepeninggal Sir Alex Ferguson. Bertahun-tahun tidak menemukan pola yang jelas. Tahun ini harapan mulai tumbuh seiring Erik Ten Hag yang membawa semangat pembaruan.

Lolos ke Liga Champions, juara Carabao Cup, dan jadi finalis FA Cup cukup baik untuk sebuah tahun pertama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun