Konsisten main bagus dan menang menjadi factor penting bagi Man City hingga akhirnya bisa mengkudeta Arsenal dan bahkan memastikan gelar juara saat masih tersisa tiga laga.
Konsisten menang dan konsisten bertransformasi adalah kunci yang membuat City meraih hattrick juara EPL. Ah ya, Pep Guardiola selain dikenal mampu mengoptimalkan kemampuan para pemainnya adalah juga pelatih yang selalu bisa bertransformasi dalam hal taktik bermain.
Awal tahun mereka mengubah sistem penyerangan dengan mendatangkan striker murni, Erling Haaland.
Sesuatu yang berbeda dengan tahun sebelumnya dimana City tidak memakai jasa pemain nomor 9 klasik. Dan Haaland sukses meraih gelar top skor Liga Inggris musim ini.
Pun di tengah musim saat Arsenal merguasai klasemen. Pep mengganti sistem dengan memainkan empat bek dengan satu diantaranya, biasanya John Stones, bergeser sedikit kedepan di posiai gelandang bertahan sehingga membentuk pola 3-2-4-1.
Dengan sistem ini, City terus mengganas dan berhasil mengkudeta Arsenal.
Dan, pertandingan pekan 37 melawan Chelsea di Etihad Stadium adalah pesta perayaan juara bagi Man City.
Pemain Chelsea keluar lebih dulu dari lorong memasuki stadion. Mereka lalu berbaris membentuk dua shaf berhadap-hadapan dan bersiap memberikan guard of honour, penghormatan bagi sang juara, Manchester City.
Lalu satu persatu pemain City muncul, beberapa membawa anak-anaknya, memasuki lapangan untuk memainkan pertandingan sebagai juara, diiringi tepuk tangan para pemain Chelsea dan gemuruh suporter yang memenuhi Etihad.
Ini adalah pertandaingan pasca juara, wajar kalau kemudian skuad yang diturunkan Pep Guardiola adalah bukan tim inti yang tengah pekan kemarin mempermalukan Real Madrid di semifinal Liga Champions.
Nama-nama yang jarang jadi starter seperti kiper Stefan Ortega, juga pemain-pemain muda macam Rico Lewis, Sergio Gomez dan Cole Palmer ada di barisan starter.