Indonesia gagal menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 Â adalah hal yang amat sangat menyebalkan. Sudah sekian lama berangan-angan akan menyaksikan anak-anak muda kita berlaga melawan tim-tim papan atas dunia di sebuah ajang sepakbola terbesar yang diselenggarakan di sini, rumah kita sendiri.
Eh.., impian indah yang lalu ambyar begitu saja...
Proses keambyaran impian yang hampir nyata itu pun tidak kalah menyebalknanya, terjadi hanya beberapa saat menjelang dilakukannya drawing. Dibatalkan olah faktor non sepakbola yang sejak Israel lolos sebenarnya sudah terlintas masalah yang akan timbul tapi gak kepikiran kalau sampai batal jadi tuan rumah.
Dan nyatanya, mimpi melihat timnas (walopun versi junior) main di Piala Dunia tetap menjadi impian belaka. Ternyata ada banyak faktor yang membuat kita tidak berada di sana (Piala Dunia), bukan hanya faktor teknis bermain bola atau sarana pra sarana untuk bermain bola...
Kabar baiknya, FIFA akhirnya hanya memberikan sanksi administratif saja bagi Indonesia. Kita tidak jadi dibanned seperti apa yang dikhawatirkan semua kawan-kawan pecinta sepakbola Indonesia. Kita tidaki dikucilkan, masih bisa berhohohihi di ajang resmi FIFA, masih bisa main di persepakbolaan duniawi secara resmi.
Ya, itu memang tidak mengurangi kekecewaan gagal jadi tuan rumah Piala Dunia, tapi setidaknya bayangan awan gelap keambyaran sudah sedikit menjadi cerah.
Ya, kita masih patah hati tapi setidaknya kita tahu bahwa kita harus move on dan jalan untuk move on itu ternyata tidak segelap yang kita takutkan.
Sanksi FIFA sendiri berupa pembatasan penggunaan dana FIFA Forward sampai pemberitahuan lebih lanjut. Menurut Erick Tohir sebagaimana dllansir dari kompas.id (6/4), sanksi pembatasan akses dana FIFA Forward untuk Indonesia) akan di-review kembali setelah FIFA mempelajari strategi besar pengembangan sepak bola Indonesia.
Sebagai penonton bola,saya cukup lega dengan keputusan ini. Sepertinya memang komunikasi PSSI cukup berhasil sehingga FIFA masih terlihat konsisten sesuai dengan pernyataan awal bahwa mereka membatalkan Indonesia jadi tuan rumah tapi akan tetap berkomitmen untuk mendukung perbaikan sepakbola Indonesia pasca tragedi Kanjuruhan.
Jadi ya, untuk sementara dengan berat hati kita lupakan dulu jadi tuan rumah Piala Dunia, fokus dulu saja ke pembenahan iklim sepakbola yang sduah lama tidak sehat ini.
Tugas PSSI menjadi cukup jelas, menyusun dan menjalankan program transformasi sepakbola Indonesia.
Kita tahu, PSSI belum lama ini punya ketua baru dengan spek yang menimbulkan harapan karena sang ketua adalah seorang yang punya pengalaman di bisnis olah raga internasional. Pernah jadi bos Inter Milan, pernah sukses menggelar Asian Games plus masih aktif sebagai menteri BUMN.
Kepemimpinan Erick Tohir langsung diuji dengan dibatalkannya Indonesia jadi tuan rumah Pialal Dunia U20. Dan walaopun lobi yang ia lakukan tetap tidak berhasil mempertahankan status tuan rumah Indonesia, namun nyatanya sanksi FIFA hanya sebatas sanksi administratif. Artinya komunikasi yang dilakukan PSSI kepada FIFA cukup berhasil. Untuk itu, dengan penuh ketulusan hati saya mengapresiasi PSSI.
Namun tentu, apresiasi tersebut tidak lantas menyembuhkan patah hati saya selama ini.
Lha iya, bertahun-tahun jadi penonton bola, entah berapa ribu kali saya harus patah hati oleh sepakbola Indonesia. Mulai dari timnas senior yang gak pernah juara bahkan di level Asia Tenggara sekalipun. Juga kompetisi sepakbola dengan segudang permasalahan, mulai dari pengaturan skor, kualitas wasit yang aduhai, perkelaian antar suporter yang bahkan sampai memakan korban, pengamanan yang buruk yang juga memakan banyak korban dan seabreg permasalahan lainnya.
Pun dengan PSSI sebagai federasi sepakbola yang penuh drama dan selalu sukses membuat penonton bola Indonesia selalu pesimis dengan masa depan sepakbola nasional. Pokoknya serba misuh-misuh dan misuh-misuh kalau sudah ngomongin sepakbola nasional.
Kehadiran Erick Tohir sebagai Ketua PSSI memang tidak lantas membuat pesisisme permanen terhadap PSSI itu luntur. Jujur, saya berharap banyak namun masih tetap mempertahankan kepesimisan. Pesimis pada PSSI adalah jalan ninjaku.. Eaaa
"Alhamdulillah, atas rahmat Allah SWT dan doa dari seluruh rakyat Indonesia, khususnya para pecinta sepak bola, Indonesia bisa terhindar dari sanksi berat pengucilan dari sepak bola dunia. Istilahnya, Indonesia hanya mendapatkan kartu kuning, tidak kartu merah," ujar Erick sebagaimana dilansir dari kompas.id (6/4).
Ya. sebuah blunder sudah dihadiahi kartu kuning. Dan kalau sudah dapat kartu kuning ya mainnya harus lebih fokus biar gak dapat kartu kuning kedua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H