Sebagai pendukung AC Milan sejak dini, menonton MIlan bertanding pukul 18.30 WIB adalah sebuah hal yang menggairahkan buat saya. Apalagi sudah lama Milan gak main di laga kompetitif karena jeda Piala Dunia.
Namun, penampilan Milan pada beberapa kali uji coba jelang bergulirnya kembali Serie A dan Liga Champions sungguh sangat mengkhawatirkan. Kalah dari Arsenal lalu diobok-obok oleh Liverpool dan PSV Eindhoven.
Ya, untungnya itu hanya laga uji coba, ngisi waktu sama nglemesin otot saat jeda Piala Dunia. Uji coba jelek belum tentu pertandingan beneran jadi bagus. Eh...
Saya kembali bergairah saat melihat ada Olivier Giroud, juga Theo Hernandez. Dua pemain Perancis yang berkontribusai besar membawa Perancis sampai ke final Piala Dunia dan hampir menang dari Argentina.
Pun juga ada Rafael Leao yang meski hanya tampil beberapa menit di beberapa laga Piala Dunia tapi bisa mencetak dua gol di turnamen terbesar sejagad tersebut.
Juga ada Ismael Benancer, gelandang Aljazair yang tidak ikut Piala Dunia. Namun, di Piala Dunia kemarin ada gelandang Afrika yang cukup fenomenal: Sofyan Amrabat dari Maroko. Kalau dibanding-badningke, boleh lah Bennacer ini disaingkan dengan Amrabat sebagai gelandang bertahan berkelas dari Afrika.
Dan gairah itu semakin mebahana setelah hanya dalam waktu sepuluh menit Milan sudah unggul 2-0 atas tuan rumah. Rafael Leao dan Sandro Tonali masing-masing mencetak satu gol.
Leao berhasil mengelabuhi kiper Guillermo Ochoa saat berhadapan satu lawan satu dan melepaskan tendangan mendatar dari jarak yang cukup jauh ke gawang yang sudah kosong tanpa mampu dijangkau oleh Ochoa maupun bek Salernitana yang mencoba mengejar bola.
Tonali membobol gawang Salernitana setelah tendangan pertamanya dari luar kotak penalti diblok Ochoa. Bola rebound lalu berhasil dimanfaatkan Brahim Diaz untuk memberi assist kepada Sandro Tonali yang melakukan sepakan keras sekali lagi, kali ini dari jarak yang lebih dekat tanpa mampu dijangkau oleh Ochoa.
Setelah itu Milan masih menguasai pertandingan. Namun kiper Salernitana yang juga kiper timnas Meksiko nan legendaris, Guillermo Ochoa lalu jadi tembok yang begitu sulit ditembus.