Mohon tunggu...
heru suti
heru suti Mohon Tunggu... Administrasi - Merdeka

Menulis untuk menghasilkan tulisan

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Tentang Greatest of All Time

17 November 2022   07:51 Diperbarui: 17 November 2022   07:54 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cristiano Ronaldo (Foto: Getty Images/Emilio Andreoli via sport.detik.com)

Djokovic sendiri sebenarnya menyatakan bahwa ia tidak anti terhadap vaksinasi dan menghargai upaya seluruh dunia untuk melawan covid dengan vaksinasi sebagai salah satu caranya. Yang ingin ditunjukkan Mas Djoko adalah bahwa orang memiliki kebebasan untuk menentukan apa yang dilakukan terhadap tubuhnya sendiri.

Sebagai atlit professional dengan kategori level dewa, Mas Djoko mengatakan bahwa ia berhak untuk menolak apapun yang akan dimasukkan ke dalam tubuhnya selama ia tidak menginginkannya. Bagi atlet, tubuh adalah aset paling utama, jadi mereka seharusnya punya hak untuk memilih apa yang mau dimasukkan kedalam tubuhnya. Begitu Mas Djoko meyakini.

Lha ya, kalo namanya atlet apalagi level dewa dan masih dalam masa prime macem Mas Djoko ini, ketahanan tubuh pasti harus selalu terjaga. Lha, covid 19 ini katanya bisa diantisipasi dengan daya tahan tubuh yang kuat. Lha nek daya tahan tubuh kuat, apa ya masih perlu diwajibkan vaksinasi?

Tapi ya, terserah pemerintah setempat juga sih, lha wong di Wimbledon saja kemarin Mas Djoko boleh tampil dan bahkan jadi juara. Kalau mau ngijinin atau tidak ya memang wewenang pemerintah masing-masing.

Walau sebenarnya dengan kondisi pandemi sendiri sudah mereda, banyak fans juga yang kecewa dengan kekeraskepalaan pemerintah US tetap bersikikuh melarang orang yang tidak divaksin datang ke negara tersebut.

Saat Australia Open awal tahun ini, Mas Djoko bahkan sudah tiba di Ostrali tapi lantas dideportasi.

Padahal, melihat persaingan big three (Federer, Nadak, Djokovic) tadi, jumlah juara grand slam terbanyak sepertinya akan mengukuhkan siapa yang pantas disebut sebagai GOAT dalam tenis tunggal putera.

Tapi mungkin Mas Djoko memang tidak terlalu pusing dengan statistik. Ya, GOAT tidak hanya dilihat dari statistik. Muhammad Ali misalnya, adalah bukan petinju tak terkalahkan. Ada banyak petinju lain yang punya rekor tak terkalahkan, tapi banyak orang sepakat kalau dalam dunia tinju, Ali-lah GOATnya. Bukan hanya rekor bertinju, tapi juga bagaimana ia menjalani kariernya, juga sikap dan kontroversinya di atas ring maupun di luar ring.

Ya, terkadang sikap kontroversi adalah salah satu spek yang dimiliki oleh orang-orang spesial ini.

Mungkin juga bagi sebagian orang, sikap Mas Djoko ini justru mengukuhkan dirinya sebagai GOAT, sang juara yang konsisten mempertahankan sikapnya...

Bagi orang lain, sikap ini bisa juga membuat Mas Djoko tidak layak disebut sebagai GOAT, egois radikal yang keras kepala menolak anjuran untuk kebaikan bersama, vaksinasi...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun